Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant!
From Doubt to Confidence: Rifka’s Story of Becoming a Virtual Assistant Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 15, 2025 Alumni Stories Siapa sangka, di balik setiap keputusan yang terlihat sederhana, ada peluang besar yang menunggu untuk ditemukan? Inilah yang Rifka rasakan saat ia memutuskan untuk menjadi seorang Virtual Assistant (VA). Dari rasa ragu hingga menemukan kenyamanan dalam pekerjaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, Rifka membagikan perjalanan inspiratifnya tentang bagaimana ia berani melangkah ke dunia digital. Ceritanya bisa menjadi motivasi yang kamu butuhkan untuk mengambil langkah pertama! In this article… Awalnya, Rifka Ragu… Rifka memulai perjalanannya dengan banyak keraguan. Setelah 4–5 tahun menjadi ibu rumah tangga dan berjualan baju, mainan anak, serta barang-barang lainnya secara online untuk membantu perekonomian keluarga, Rifka merasa ragu untuk kembali bekerja penuh waktu. Hidupnya sudah terbiasa dengan jadwal yang fleksibel dan ia tidak yakin bisa kembali ke karier full time. Namun, segalanya berubah ketika ia pertama kali mendengar tentang pekerjaan sebagai VA. Awalnya, menjadi VA menarik perhatiannya, tetapi ia merasa ada banyak hambatan di depan. Salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah kemampuan bahasa Inggrisnya. “Bahasa Inggris selalu menjadi hambatan besar untuk saya. Saya tidak merasa percaya diri,” kenangnya. Namun, semuanya berubah ketika ia mengikuti webinar SGB VA. Saat itu, semuanya mulai terasa lebih jelas. “Tania berkata, ‘Kamu tidak perlu hebat untuk memulai, tapi kamu perlu memulai untuk menjadi hebat.’ Kata-kata itu benar-benar melekat di hati saya,” ujar Rifka. Itu menjadi dorongan yang ia butuhkan untuk memulai perjalanannya, meskipun ia merasa belum sempurna. Baca Juga: Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager Mengatasi Ketakutan dan Membangun Kepercayaan Diri Seperti yang Rifka ceritakan sebelumnya, ketakutan terbesarnya ialah kemampuan bahasa Inggrisnya. Namun, setelah mengikuti webinar gratis SGB VA, ia terkejut mendapati bahwa ia bisa memahami apa yang Tania sampaikan dengan baik. “Ternyata, bahasa Inggris saya sudah cukup untuk memulai,” ujarnya. Rifka menyadari bahwa selama ini, ia terlalu takut pada ketidakmampuan untuk lancar berbahasa Inggris, padahal dengan latihan dan belajar secara bertahap, ia bisa terus berkembang. “Begitu kamu mulai, kamu akan belajar seiring berjalannya waktu. Sebagian besar hambatan hanya ada di kepala kita, dan ketika kita melangkah, semuanya mulai terasa lebih mudah,” tambahnya. Hal lain yang harus ia atasi adalah keyakinan bahwa ia memerlukan latar belakang pendidikan tertentu untuk menjadi VA. Namun, dalam webinar SGB VA, ia mengetahui bahwa gelar akademik tertentu bukanlah syarat utama. “Selama kamu mau belajar dan mengembangkan keterampilan, itu sudah cukup,” katanya. Ini menjadi kelegaan besar bagi Rifka. Ia menyadari bahwa siapa pun yang memiliki tekad dan kemauan bisa menjadi VA yang sukses. Memulai di Waktu yang Tepat Momen penting dalam proses pengambilan keputusan Rifka adalah saat ia menyadari bahwa dunia digital berkembang dengan cepat. Waktu itu terasa seperti kesempatan emas untuk bertindak. Ia khawatir jika terus menunda, akan semakin sulit untuk melangkah. “Kalau saya terus menunda, dunia akan semakin cepat bergerak, dan saya akan tertinggal,” ujarnya. Ketika memikirkan dunia VA, Rifka melihatnya sebagai bidang yang berkembang pesat dan dapat menawarkan masa depan yang stabil. “Industri ini tumbuh dengan cepat. Kalau saya tidak melangkah sekarang, saya akan melewatkan peluang ini,” tambahnya. Memilih Fokus pada Manajemen Media Sosial Awalnya, Rifka berpikir untuk memulai sebagai VA yang mengerjakan tugas administratif karena terlihat sebagai pintu masuk yang paling mudah. Rifka pun mengikuti kursus SGB VA untuk memperdalam kemampuannya. Meskipun banyak berita mengenai SGB VA penipuan, namun Rifka tetap yakin untuk mencoba. Setelah mengikuti kursus, Rifka merasa bahwa hal tersebut adalah investasi terbaik yang pernah dia lakukan. Tak hanya belajar dasar-dasar menjadi VA, ia jadi menemukan bidang yang lebih diminati dan memiliki permintaan tinggi: Manajemen Media Sosial (SMM). “Kenapa SMM? Karena permintaannya tinggi. Hampir setiap bisnis online membutuhkan keberadaan di media sosial,” ungkapnya. Rifka merasa lebih nyaman dengan media sosial karena sebelumnya sudah sering menggunakan platform seperti Instagram. Ia memiliki pemahaman dasar tentang pola dan strategi di dalamnya. “Saya sudah tahu cara membuat postingan menarik, menulis caption, dan mengedit video. Rasanya ini sangat cocok untuk saya,” katanya dengan penuh semangat. Pilihan Rifka untuk fokus pada SMM ternyata sangat tepat. Dunia bisnis online sangat bergantung pada media sosial untuk membangun merek dan menjangkau pelanggan. Rifka yakin bahwa ia bisa memberikan kontribusi berharga di bidang ini. Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Klien Pertama Rifka Klien pertama Rifka bukanlah seseorang dari negara yang jauh, melainkan teman satu universitas yang masih ia jaga komunikasinya. Hal ini menjadi dorongan kepercayaan diri yang besar bagi Rifka. Namun, perjalanan Rifka tidak selalu mulus. Kesempatan berikutnya datang dari calon klien di Inggris, tetapi tidak berjalan semudah yang ia harapkan. “Saya merasa terlalu sering mengganggu mereka dengan pertanyaan tentang pembayaran dan kontrak. Saya khawatir terlihat terlalu memaksa,” akunya. Namun, Rifka menyadari bahwa ia perlu mengubah pola pikirnya. Alih-alih fokus pada aspek bisnis terlebih dahulu, ia memutuskan untuk mendekati klien dengan tujuan membantu. “Saya berpikir, ‘Saya di sini untuk membantu. Tujuan saya adalah menyelesaikan masalah mereka, bukan hanya mendapatkan kesepakatan.’” Pendekatan ini membantunya membangun hubungan baik dan kepercayaan dengan klien. Mengatasi Keraguan dan Memberanikan Diri Bagi Rifka, keraguan selalu menjadi teman sepanjang perjalanan. Namun, ia belajar untuk melihat keraguan sebagai tanda bahwa ia harus melangkah maju. Ia juga menyarankan untuk menuliskan ketakutanmu agar lebih mudah memahami apa yang sebenarnya menghentikanmu. Rifka mengakui bahwa saat pertama kali memulai, ia merasa belum sepenuhnya siap, tetapi ia tetap memutuskan untuk melangkah. “Saya tidak percaya ada yang benar-benar siap. Tapi begitu kamu memulai, kamu akan belajar dan berkembang,” ujarnya. Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Tips for Anyone Still Hesitant to Start Rifka’s best advice for anyone still unsure about making the leap into becoming a VA is simple: “Just start.” When you begin, you’ll figure out what you like and what you’re good at. Rifka herself started with administrative tasks but eventually found her passion in Social Media Management. “You have to try things out. That’s how you find your strengths and interests,” she said. She also emphasizes that becoming a VA isn’t just
5 Contoh CV Bahasa Inggris untuk Virtual Assistant Berbagai Posisi di 2025
5 Contoh CV Bahasa Inggris untuk Virtual Assistant Berbagai Posisi di 2025 Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 3, 2025 Alumni Stories Menjadi seorang Virtual Assistant (VA) adalah salah satu pilihan karier yang semakin populer di era digital ini. Dengan fleksibilitas waktu dan peluang bekerja dengan klien dari berbagai belahan dunia, profesi ini menawarkan banyak keuntungan. Namun, untuk bisa bersaing di pasar global, kamu perlu mempersiapkan salah satu senjata utama: CV dalam bahasa Inggris yang profesional dan menarik. Artikel ini akan membahas pentingnya CV berbahasa Inggris, tips untuk menyusunnya, serta memberikan 5 contoh CV bahasa Inggris yang bisa kamu jadikan referensi sesuai dengan berbagai bidang spesialisasi VA. Daftar Isi Kenapa Virtual Assistant (VA) Perlu Punya CV dalam Bahasa Inggris? Di era kerja remote yang semakin berkembang dan melibatkan klien dari berbagai negara, memiliki CV dalam bahasa Inggris menjadi sangat penting bagi seorang VA. Pasalnya, banyak klien yang berasal dari negara-negara dengan bahasa utama Inggris. Dengan CV yang disusun dengan baik, peluang untuk mendapatkan klien atau proyek impian pun akan semakin besar. Selain itu, contoh CV bahasa Inggris juga mencerminkan profesionalisme, kemampuan komunikasi yang solid dan kesiapan untuk bekerja dalam lingkungan kerja global. Tips Penting Saat Menulis CV Bahasa Inggris Contoh CV bahasa Inggris tidak bisa dibuat secara sembarangan. Sama seperti membuat CV dalam bahasa Indonesia, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan: Struktur yang Jelas dan Mudah Dipahami: Susun CV kamu dengan bagian-bagian utama seperti ringkasan profil, pengalaman kerja, keterampilan, pendidikan, dan kontak. Gunakan Bahasa yang Profesional: Hindari bahasa gaul atau informal yang bisa membuat CV terkesan kurang serius. Tampilkan Keterampilan yang Paling Relevan: Fokus pada keterampilan yang sesuai dengan posisi yang kamu lamar. Gunakan Data yang Terukur: Misalnya, dibanding menulis “Managed social media accounts,” lebih baik tulis “Increased engagement by 50%.” Periksa Tata Bahasa dan Ejaan: Kesalahan kecil bisa membuat kesan profesional jadi berkurang. Jadi, pastikan semuanya rapi dan bebas typo. Baca Juga: Apa itu Klien Virtual Assistant dan Strategi Mendapatkannya di 2025! 1. Contoh CV Bahasa Inggris untuk Admin Services VA Untuk VA dengan spesialisiasi layanan admin, kamu bisa fokus pada efisiensi dan organisasi. Dalam contoh CV bahasa Inggris, tunjukkan bagaimana kamu dapat mengelola banyak tugas administratif sekaligus dengan cara yang efisien. Sebutkan pengelolaan waktu, akurasi dalam pengelolaan data, dan kemampuan untuk mengatur jadwal serta komunikasi. Misalnya, sebutkan bagaimana kamu berhasil mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu atau meningkatkan efisiensi operasional tim. Berikut contoh CV bahasa Inggris untuk bidang VA ini: Emily Carter Admin Virtual Assistant Contact Information: Phone: +1 123-456-7890 Email: [email protected] LinkedIn: linkedin.com/in/emilycarter Professional Summary:Highly organized and proactive Virtual Assistant with over 4 years of experience in administrative services, including calendar management, email correspondence, and scheduling. Successfully managed administrative workflows for remote teams, increasing overall efficiency by 30%. Professional Experience:Administrative Virtual Assistant | Remote Solutions Inc.January 2021 – Present Managed daily calendars for 3 senior executives, ensuring zero scheduling conflicts. Handled over 200 emails per week, maintaining a 95% response rate within 24 hours. Implemented a new scheduling system that reduced meeting overlaps by 25%. Administrative Assistant Intern | BrightTech Corp.June 2019 – December 2020 Organized team meetings and documented minutes, improving team follow-up efficiency by 40%. Assisted in preparing weekly reports and presentations for executive reviews. Education:Bachelor of Business Administration (BBA)University of Texas at Austin Relevant coursework: Organizational Management, Business Communication, Project Coordination. Skills: Email Management Calendar and Scheduling Tools (Google Calendar, Outlook) Task Management Software (Asana, Trello) Document Preparation Communication and Reporting Baca Juga: 9+ Lowongan Kerja Part Time di Rumah sebagai Virtual Assistant di 2025 2. Contoh CV Project Management VA dalam Bahasa Inggris Untuk VA dengan spesialisiasi project management, kamu bisa fokus pada koordinasi, pengelolaan waktu, dan kepemimpinan. Dalam contoh CV bahasa Inggris, tunjukkan bagaimana kamu bisa mengelola proyek dari awal hingga akhir, mengkoordinasikan tim, dan memastikan bahwa semua tenggat waktu dan anggaran terpenuhi. Misalnya, sebutkan berapa banyak proyek yang berhasil kamu selesaikan tepat waktu atau dengan hasil yang melebihi ekspektasi. Kamu bisa cek contoh CV bahasa Inggris untuk Project Management VA di bawah. Jane DoeVirtual Assistant – Project ManagementContact Information:Phone: +1 555-555-5555Email: [email protected]: linkedin.com/in/janedoe Summary:Proactive and detail-oriented Virtual Assistant with 5+ years of experience supporting project management teams. Expertise in coordinating project timelines, managing stakeholder communications, and optimizing workflows. Demonstrated success in improving project efficiency and meeting deadlines. Skilled in task management tools, data organization, and team collaboration. Professional Experience Virtual Assistant – Project ManagementABC Tech Solutions | January 2021 – Present Supported project managers with coordinating tasks, monitoring timelines, and ensuring deadlines were consistently met across multiple projects Streamlined project documentation process, improving project tracking and reducing administrative workload by 35% Facilitated communication between project stakeholders, ensuring prompt responses and accurate information flow Coordinated schedules and resources for over 15 concurrent projects, achieving a 98% on-time delivery rate Utilized project management tools (Asana, Trello, Jira) to create task lists, assign deadlines, and track project progress Virtual AssistantXYZ Enterprises | June 2019 – December 2020 Provided remote administrative support to project teams, including data entry, scheduling, and meeting coordination Assisted in the creation and updating of project plans, ensuring alignment with client expectations and internal objectives Managed over 50 client communications weekly, contributing to a 20% improvement in client satisfaction scores Conducted research and prepared reports for project managers, leading to a 15% increase in project resource allocation efficiency EducationBachelor of Science in Business Administration, University of California, BerkeleyGraduated: May 2019Coursework: Project Management, Communication Strategies, Business Analytics, Operations Management Skills Project Management Tools: Asana, Trello, Jira, Monday.com Administrative Support: Email management, calendar scheduling, meeting coordination Communication: Excellent written and verbal communication skills Time Management: Ability to prioritize tasks and manage multiple projects simultaneously Team Collaboration: Slack, Microsoft Teams Data Entry & Reporting: Microsoft Excel, Google Sheets Customer Relationship Management: Salesforce Certifications Certified Virtual Assistant (CVA), Virtual Assistant Academy | 2021 Project Management Professional (PMP) Preparation Course, Udemy | 2022 Baca Juga: 7 Website Lowongan Kerja Luar Negeri untuk Virtual Assistant Pemula 2025 3. Referensi CV Bahasa Inggris Email Marketing VA Untuk VA dengan spesialisiasi email
Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar
Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 2, 2025 Alumni Stories Setiap orang punya mimpi, tapi tidak semua orang punya keberanian untuk mengejarnya. Intan Munawwaroh adalah salah satu dari mereka yang berani melangkah keluar dari zona nyaman dan menemukan versi terbaik dari dirinya. Seorang ibu, istri, dan kini seorang virtual assistant (VA) yang sukses dengan klien dari berbagai penjuru dunia. Perjalanannya bukan sekadar tentang mencari penghasilan tambahan, tapi tentang menemukan kembali semangat dan tujuan hidup di tengah rutinitas yang padat. Dari keseharian di balik meja toko kecil dan kesibukan mengurus keluarga, hingga akhirnya bisa bekerja remote—kisah Intan mengajarkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang penuh tekad. Lalu, bagaimana semuanya dimulai? Mari kita selami lebih dalam cerita inspiratifnya! Daftar Isi Berawal dari Keinginan untuk Berkembang Sebelum menjadi VA, Intan menjalani kehidupan yang ia gambarkan sebagai kehidupan “biasa” sebagai ibu rumah tangga dan pemilik warung. Hari-harinya dihabiskan dengan mengurus keluarga, menjaga warung, dan memastikan kebutuhan rumah tangganya terpenuhi. “Hidup saya sederhana. Hanya ada suami, anak-anak, dan pelanggan warung,” ceritanya. Meskipun Intan bersyukur dengan kehidupannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang. “Bukan berarti saya tidak bersyukur, tapi di dalam hati, saya merasa bisa melakukan lebih. Saya ingin merasa lebih ‘hidup’, melakukan sesuatu produktif dan bermakna, di luar peran sebagai ibu dan pemilik warung,” tambahnya. Seperti banyak ibu lainnya, Intan merasa terjebak di antara kebahagiaan merawat keluarga dan keinginan untuk mengejar ambisi pribadinya. Namun, ia tidak tahu harus mulai dari mana, terutama dengan waktu yang terbatas dan tanpa pengalaman di dunia digital. Bagaimana Intan Menemukan Program SGB VA Momen titik balik Intan datang dari seorang teman yang juga alumni kursus SGB VA. Temannya melihat potensi Intan dan menyarankan Intan mengambil kursus tersebut. “Jadi ada teman, yang juga alumni SGB VA, menghubungkan saya dengan klien pertama dari Singapura. Dari situlah semuanya dimulai,” kenangnya dengan antusias. Bagi seseorang yang bahkan jarang aktif di media sosial, memasuki dunia virtual assistant terasa menakutkan bagi Intan. “Saya bahkan tidak terlalu paham media sosial, apalagi berpikir akan mengelolanya untuk klien,” akunya. Namun, ia melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar keterampilan baru dan memulai sesuatu yang baru. Kursus SGB VA menjadi batu loncatan yang sempurna bagi Intan. Kurikulum yang terstruktur, pelajaran praktis, dan sistem dukungan memberinya fondasi yang dibutuhkan untuk menjelajahi dunia VA. Program ini tidak hanya memperkenalkannya pada berbagai ilmu penting sebagai VA, tetapi juga meningkatkan rasa percaya dirinya. “Melalui kursus SGB VA, saya belajar segalanya—dari cara mengelola konten hingga menggunakan alat kolaborasi seperti Google Workspace,” jelasnya. Intan juga sangat berterima kasih atas komunitas dan para mentor yang terus memotivasinya selama kursus. “Mentor di sana luar biasa. Mereka mengingatkan tentang pelajaran, tenggat waktu, dan selalu memastikan saya tetap berada di jalur yang benar,” tambahnya. Memulai Karier VA yang Sukses Setelah menyelesaikan kursus SGB VA, Intan memulai bisnis VA-nya sendiri dan menawarkan layanan sebagai Social Media Manager. Ia membangun bisnisnya dari nol, menangani semuanya sendiri—dari perencanaan konten, pembuatan desain, penulisan teks, hingga penjadwalan postingan. “Awalnya, saya melakukan semuanya secara manual. Tapi dengan tools yang saya pelajari dari kursus, seperti fitur penjadwalan media sosial, segalanya menjadi lebih teratur,” jelas Intan. Intan adalah orang yang sangat detail dan terorganisir, dan hal ini membantunya jadi VA dengan karakter yang menarik bagi klien. Proyek besar pertamanya datang ketika ia terhubung dengan klien dari Singapura, berkat rekomendasi dari temannya. Dari sana, jejaringnya semakin luas. Ia bahkan terhubung dengan teman yang tinggal di Qatar, yang semakin memperluas jangkauannya sebagai pekerja remote dengan penghasilan dolar. Intan mengakui bahwa menjadi VA bukan tanpa tantangan, namun ia sangat menghargai fleksibilitas yang ditawarkan. “Pekerjaan apa lagi yang memungkinkan kamu bekerja sambil mengurus anak, menjaga toko, atau bahkan bersantai di rumah?” katanya. Kemampuan untuk menyeimbangkan tanggung jawab di rumah dengan karier profesional menjadi salah satu hadiah terbesar dari perjalanan VA-nya. Saat ini, Intan menangani klien dari berbagai belahan dunia dan mendapatkan penghasilan yang setara dengan pekerjaannya dulu di Jakarta—tanpa harus menghadapi stres akibat macet atau jam kerja yang kaku. “Saya bisa meeting sambil mengenakan baju tidur, kalau saya mau,” ujarnya sambil bercanda. Bagi Intan, perjalanan ini bukan hanya tentang menghasilkan uang. Ini tentang kepuasan pribadi. “Saya tidak menjadi VA hanya untuk penghasilan. Saya ingin melakukan sesuatu yang bermakna, membantu orang lain, dan berkontribusi pada dunia,” katanya. Siap Mengikuti Jejak Intan? Kalau kamu berada di posisi yang sama seperti Intan, mungkin, itu adalah tanda untuk memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah kamu coba sebelumnya! Jika kamu tertarik memulai karier sebagai VA dan butuh dukungan penuh, kamu bisa mempertimbangkan untuk ikut kursus SGB VA! Di SGB VA, kamu akan dibimbing mempersiapkan diri, membangun keterampilan dan meningkatkan rasa percaya diri untuk memulai karier sebagai VA dengan kurikulum yang terstruktur. Kamu juga akan mendapat dukungan berkelanjutan sampai kamu mendapatkan klien pertama sebagai VA. Di akhir kursus, kamu akan mendapatkan sertifikat dan akses ke grup Telegram eksklusif untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga kamu tidak akan merasa sendirian dalam perjalanan ini. Penasaran ingin tahu lebih banyak? Kamu bisa mulai dengan bergabung di webinar gratis SGB VA bersama Tania Gromenko. Tania akan menjelaskan cara memulai karier sebagai VA dan bagaimana kami dapat membantu kamu mencapai tujuanmu. Klik tautan di bawah untuk mendaftar, ya! Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang! Gabung Free Webinar Pelajari Program Berbayar
Kisah Sukses Ardin Kerja Jadi Virtual Assistant dari Rumah: Dapat 9 Klien dan Bergaji Dolar
Kisah Sukses Ardin Kerja Jadi Virtual Assistant dari Rumah: Dapat 9 Klien dan Bergaji Dolar Oni Lestari Virtual Assistant, Copywriter, SEO Expert December 25, 2024 | Alumni Stories Kamu ingin bekerja dari rumah dan menentukan jam kerjamu sendiri? Atau, kamu ingin beralih dari karier 9-5-mu yang sekarang agar bisa lebih banyak waktu bersama keluarga? Kamu perlu tahu cerita Ardin, seorang ibu dari dua anak yang memutuskan untuk menjadi virtual assistant (VA). Sekarang, ia bisa bekerja dari rumah, mengatur jam kerjanya sendiri, dan bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Lewat artikel ini, Ardin akan membagikan perjalanan hidupnya menjadi virtual assistant. Simak artikel ini sampai tuntas, ya! Table of Contents: Alasan Ardin Ingin Bekerja Remote Ardin adalah alumni dari SGB VA Batch 4, yang lulus pada Agustus 2022. Sebelumnya, ia bekerja di kantor, seperti kebanyakan orang. Ardin berangkat kerja pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore. Pada tahun 2022, Ardin mengandung anak kedua dan sebenarnya sudah merencanakan untuk berhenti bekerja di kantor. Jadi, di tengah kehamilannya, ia berencana membuka bisnis supaya ketika nanti berhenti kerja dan menjadi ibu rumah tangga, ia tetap bisa memiliki kegiatan dan penghasilan. Sayang, bisnisnya berjalan tidak sesuai harapan. Setelah melahirkan, Ardin tidak tahu harus berbuat apa selain mengurus anak-anak. Karena sebelumnya Ardin bekerja, Ardin ingin tetap memiliki aktivitas yang produktif. Hingga suatu saat, Ardin melihat iklan tentang SGB VA yang membuatnya ingin tahu lebih dalam tentang apa itu virtual assistant. Ternyata, menjadi virtual assistant cukup menjanjikan. Tak hanya ia bisa mendapat uang, Ardin juga bisa bekerja dari rumah sambil mengurus keluarganya. Virtual Assistant Menurut Ardin Menurut Ardin, virtual assistant sangat prospektif karena pemilik bisnis terus berkembang dari tahun ke tahun. Banyak orang ingin menjadi pemilik bisnis, membangun brand, dan mereka membutuhkan tim. Virtual assistant menjadi salah satu pilihan bagi pemilik bisnis untuk memiliki tim dengan biaya yang efisien. Bagi kebanyakan orang, virtual assistant dianggap sebagai pekerja lepas dengan pendapatan yang tidak pasti. Namun, nilainya bisa lebih tinggi dari pekerja lepas biasa. Hal itu karena VA adalah mitra para pemilik bisnis, bukan bawahannya. Itulah sebabnya virtual assistant bisa menentukan jam kerja mereka sendiri. Apa Saja Layanan VA Milik Ardin? Ardin menargetkan pebisnis dan pengusaha sebagai niche-nya. Niche ini sebenarnya cukup umum, karena banyak teman-temannya yang lebih fokus pada niche tertentu, seperti bisnis fashion, bisnis makanan dan minuman, atau bisnis seni. Saat pertama kali menjadi virtual assistant, Ardin menawarkan layanan administrasi dan manajemen proyek. Layanan yang ditawarkan dirasa cukup umum dan mudah untuk dilakukan. Setelah menjalani pekerjaan ini, Ardin menyadari bahwa dirinya bisa belajar keahlian lain yang lebih spesifik. Setelah belajar dan mengembangkan diri, kini Ardin melayani service pemasaran digital (digital marketing). Bagaimana Ardin Mendekati Calon Klien? Di SGB VA, Ardin diajarkan untuk melakukan riset bisnis milik calon klien sebelum menawarkan jasanya kepada mereka. Salah satu contohnya adalah melihat situs web mereka, ulasan di Google, dan media sosial mereka. Dengan cara ini, dirinya bisa mendapatkan wawasan tentang klien yang lebih luas. Menurut Ardin, riset ini membuat Ardin memiliki nilai lebih. Ketika mendekati klien atau bahkan saat melakukan discovery calls, Ardin tidak hanya berbicara tentang dirinya sendiri dan layanan yang ditawarkan, tetapi juga memahami bisnis calon klien. Ardin juga sering memberikan wawasan dan perspektifnya sebagai orang luar terhadap bisnis para calon klien ini. Hal ini menunjukkan kemampuannya dan membuat calon klien yakin untuk bekerja dengannya. Awalnya, Ardin tidak bisa membayangkan mendekati klien lewat Instagram atau LinkedIn. “Namun, akhirnya saya berhasil mendapatkan klien dari sana,” ujarnya. Untuk berhasil mendekati calon klien, riset itu sangat penting. Memang memakan banyak waktu, tapi hal itu adalah bagian dari keinginan tulus VA untuk membantu pemilik bisnis mengembangkan usaha mereka. “Itulah yang diajarkan Tania,” ungkapnya. Cara Ardin Mengajukan Proposal Layanan ke Calon Klien Sebelum mengirim proposal, Ardin biasanya mengecek informasi tentang bisnis calon kliennya di internet. Ardin akan mencari celah atau gap yang belum terpenuhi pada bisnis tersebut. Misalnya, bisnis yang Andin riset kala itu memiliki rating 5 di Google Review. Namun, media sosial mereka tidak terkelola dengan baik. Ardin merasa hal itu sangat disayangkan. Ulasan dan pelanggan mereka sangat baik, tetapi media sosial mereka tidak dikelola dengan baik. Jika media sosial mereka dikelola dengan baik, pasti akan jauh lebih bagus. Celah itulah yang ia gunakan untuk mendekati calon klein. Selain itu, Ardin juga biasa langsung bertanya kepada calon klien Biasanya, Ardin langsung bertanya, “Apakah kamu membutuhkan bantuan admin?” Cara ini ternyata masih tetap bekerja. Ardin juga membuat portofolio di Instagram dan menggunakan Canva untuk membuat portofolio. Dengan Canva, ia bisa membagikan link portofolio tanpa klien harus mengunduh dokumen. Baca Juga: [TERBARU] Gaji Virtual Assistant Indonesia 2025: Per Jam, Bulan, Proyek Dari Mana Ardin Mendapatkan Banyak Klien? Saat ini, Ardin memiliki 9 klien, meskipun tidak semuanya bekerja dengannya pada waktu yang bersamaan. Beberapa ialah klien jangka panjang, namun ada juga yang berbasis proyek. Klien-klien tersebut berasal dari Singapura, Kazakhstan, China, Arab Saudi, India, dan Senegal. Ardin mendapatkan klien dari Instagram, LinkedIn, Upwork, dan juga dari komunitas SGB VA. Ardin juga mendapatkan klien dari grup alumni SGB VA Jabodetabek. “SGB VA memiliki sebuah platform yang mirip Tinder, tetapi bukan untuk mencari pasangan. Platform ini memungkinkan banyak pemilik bisnis atau pengusaha yang mencari virtual assistant dari SGB VA untuk terhubung,” ungkapnya. Dulu, ketika Ardin sangat bersemangat untuk mendapatkan klien, Ardin bisa menghubungi 20 calon klien setiap hari. Ardin akan mendekati siapa saja yang dinilai memiliki prospek sebagai klien sambil terus melakukan riset. Tentu saja, tidak semuanya berbuah hasil. Dari 20 orang yang dihubungi, mungkin hanya satu yang merespons. Satu respons itu pun kadang hanyalah penolakan. “Namun, kunci utama adalah konsistensi. Konsistensi dalam pendekatan, konsistensi dalam memposting, serta membangun koneksi dan jaringan,” ungkapnya. Setelah mendekati mereka, Ardin tidak langsung meninggalkan mereka begitu saja. Ia berusaha membangun hubungan dengan cara memberi ‘like’ dan berkomentar pada postingan mereka. Jika suatu saat mereka membutuhkan bantuan, Ardin akan menjadi orang pertama yang mereka ingat. Manajemen Waktu Ardin Sebagai VA dengan 9 Klien Awalnya, Ardin hanya bekerja sebagai virtual assistant selama 2 jam sehari karena saat itu ia baru memulai kariernya sebagai VA dan baru saja melahirkan anak kedua. Menurutnya, menyeimbangkan
Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager
Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager Esra Erika Social Media Specialist, Copywriter, Content Writer December 23, 2024 | Alumni Stories Kamu sedang bingung saat ingin mencoba karir baru? Rasanya ingin sekali mencoba bekerja remote, tapi bidang pekerjaan saat ini jauh sekali dengan lowongan kerja remote yang ada? Sepertinya, kamu perlu membaca cerita tentang Ebi, deh! Ebi adalah seorang tenaga medis yang berhasil banting setir jadi Virtual Assistant (VA). Kini, dia bisa bekerja dimana saja tanpa khawatir kesulitan mengurus anak dan keluarga. Biar lebih paham, langsung saja simak cerita Ebi di bawah ini! Daftar Isi Latar Belakang Ebi Sebelum Jadi VA Perjalanan Ni Kadek G. Pebriantari, atau biasa dipanggil Ebi, sebagai VA dimulai dengan pekerjaan full-time-nya sebagai perawat selama 8 tahun. Ketika hamil anak pertama, Ebi memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengikuti suaminya yang pindah dari Bali ke Bandung. Setelah tiga tahun jadi ibu rumah tangga, Ebi mulai memikirkan masa depan keluarganya. Dia ingin memilki tabungan pensiun, pendidikan anak, dan biaya kesehatan keluarga. “Saya ingin membantu suami secara finansial, memberikan pendidikan yang baik untuk anak saya, dan menabung untuk pensiun dini,” ujar Ebi. Namun, saat itu, dia masih menjadi ibu rumah tangga yang belum bekerja. Akhirnya, Ebi mulai mencari cara untuk membantu keuangan rumah tangga dan mulai mengeksplorasi pekerjaan remote serta kursus-kursus kerja remote. Saat itu, teman Ebi merekomendasikan dia kursus SGB VA. Temannya berkata, kursus itu cocok untuk belajar keterampilan baru dalam pekerjaan remote. Ebi memutuskan untuk mencoba, dan ternyata keputusan ini jadi awal babak baru dalam hidupnya. Sekarang, Ebi bekerja sebagai Social Media Manager VA di bidang yang relevan dengan kemampuannya, yaitu di bidang medis. Dia senang bisa bekerja sekaligus membantu orang lain sambil tetap di rumah bersama anaknya. Pengalaman Ebi di SGB VA Sebelum ikut SGB VA, Ebi sudah coba beberapa kursus kerja remote, tapi menurutnya tidak ada yang sekomprehensif SGB VA. Komunitas yang kuat dan pendekatan yang terstruktur di kurikulum SGB VA membuatnya merasa berkembang. “Saya berkembang di lingkungan yang terstruktur, dan SOP yang jelas, tenggat waktu pengumpulan tugas yang jelas membuat saya tetap fokus. Bisa saya bilang, ikut kursus di sini benar-benar layak jadi investasi jangka panjang,” jelasnya. Setelah bergabung dengan SGB VA, Ebi sadar kalau dia bisa melakukan pekerjaan lain, bukan hanya jadi perawat saja. Kursus ini memberikan dia keterampilan penting, baik hard skill maupun soft skill, yang membuat dia lebih percaya diri untuk mulai karir baru. Untuk pertama kalinya, Ebi merasa jadi bagian dari komunitas yang bener-bener mendukung, di mana dia tidak merasa di-judge karena tidak punya pengalaman bekerja remote. “Di sini, semua orang saling membantu. Dukungan ini benar-benar membuatku lebih percaya diri,” ujarnya. Meskipun ada tantangan dalam manajemen waktu dan membagi tanggung jawab, Ebi cepat beradaptasi. Tugas yang dulu memakan waktu 5 jam kini bisa diselesaikan dalam 1-2 jam. Selain itu, dengan dukungan luar biasa dari suaminya di waktu-waktu sibuk, Ebi berhasil mengatur waktu dengan lebih baik dan menyeimbangkan tanggung jawabnya lebih efektif. Bagaimana Ebi Menndapatkan Klien VA Pertama? How Ebi got her first client Menariknya, Ebi mendapatkan klien pertama saat menjalani minggu ketiga kursus SGB VA. Seorang dokter, teman lamanya, menghubungi Ebi setelah lihat story Instagram Ebi yang menjadi pekerja remote. Pekerjaan itu melibatkan pengelolaan media sosial sang doker. Topiknya ternyata sangat sesuai dengan latar belakang Ebi di bidang medis. Ebi juga mendapatkan klien lain dengan mengirim elevator pitch lewat DM Instagram ke lima calon klien. Satu dari lima calon klien tersebut kini bekerja bersama Ebi, “Perawat itu bisa banget bantu dokter dalam mengelola media sosial, soalnya mereka mengerti terminologi medis. Sebagai social media manager, saya bisa meringankan beban dokter dengan mengelola media sosial mereka menggunakan pengetahuan medis saya. Mereka cuma perlu kasih ide konten, dan saya yang urus sisanya,” kata Ebi kepada SGB VA. Ebi melanjutkan, banyak dokter yang ingin menjadi influencer untuk menyebarkan informasi medis yang bermanfaat bagi masyarakat. Tapi, mereka tidak tahu harus mulai dari mana. “Dengan personal branding yang kuat, mereka bisa meningkatkan visibilitas, membangun kepercayaan, bahkan mendapatkan calon pasien di Instagram. Nah, kita lah sebagai social media manager yang membantu visi itu,” kata Ebi. Momen yang Mengubah Hidup Ebi “Perubahan terbesar dalam hidup saya bukan cuma soal uang, tapi juga tentang pengembangan diri. Saya bisa bekerja sambil mengembangkan diri, dan tentunya masih di bidang medis, yang merupakan passion saya,” ungkap Ebi. Dulu sebagai perawat, Ebi kerja berjam-jam, kadang sampai 18 jam sehari. Sekarang, dia menikmati jadwal kerja yang fleksibel— cuma 2 jam sehari atau 4 hari kerja. Dia juga bisa mengatur libur sesuai kesepakatan dengan klien. Dan yang paling penting, Ebi kini bisa bekerja sambil merawat anaknya di rumah. Ebi dulu berpikir, perawat adalah satu-satunya karir yang bisa dia lakukan, tapi sekarang, Ebi sudah menemukan passion baru. Dia sudah belajar desain grafis, manajemen media sosial, dan copywriting, dan mungkin akan belajar hal baru lagi di masa depan! Dari Ebi untuk Ibu Rumah Tangga yang Ingin Bekerja Untuk semua ibu di luar sana, kalau kamu pernah berpikir untuk kembali bekerja, kamu tetap bisa melakukannya, kok! Kamu hanya perlu mencari pekerjaan yang fleksibel supaya kamu bisa tetap bisa merawat anak dan keluarga. Entah menjadi VA atau bekerja remote di bidang lain, yang terpenting adalah kamu mau belajar hal baru dan siap meningkatkan skill. Mungkin akan sulit di awal karena kamu baru mulai bekerja lagi, tapi lama-kelamaan, kamu akan terbiasa dan merasa nyaman. Siap Memulai Karir Remote-mu? Kalau kamu tertarik jadi VA, coba mulai perjalanan kamu dengan ikut program kursus SGB VA! Baik kamu yang baru mau mulai atau ingin mengasah keterampilan yang sudah ada, SGB VA akan memberikan peta jalan yang jelas buat bantu kamu membangun karir VA yang sukses. Di akhir kursus, kamu juga akan mendapatkan sertifikat dan akses ke grup Telegram eksklusif untuk mencari pekerjaan remote. Penasaran? Tidak perlu buru-buru, coba ikut WEBINAR GRATIS bareng mentor ahli SGB VA, Tania Gromenko. Tania akan menjelaskan langkah-langkah awal untuk menjadi VA yang sukses dalam hitungan minggu. Klik link di bawah untuk daftar! Kickstart Your VA Career Today! Not sure if this profession is suitable for you? Join our free webinar and
Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran Kini Jadi VA dengan 5 Klien
Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA November 13, 2024 Alumni Stories Pernahkah kamu merasa lelah dengan rutinitas harian? Bangun pagi, terjebak macet, pulang terlambat, dan sudah kehabisan energi bahkan sebelum mulai bekerja? Itulah yang dirasakan Laila Rahma, seorang perempuan berusia 29 tahun dari Bandung, sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan kantoran dan menjadi seorang Virtual Assistant (VA). In this article… Keputusan yang Mengubah Hidup Laila sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan skin care ternama di Indonesia, dengan posisi terakhir sebagai Creative Supervisor. Sebetulnya, gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Ditambah lagi ia memiliki rekan kerja yang menyenangkan. Namun, setelah enam tahun bekerja di 3 perusahaan berbeda, Laila merasa sudah saatnya meninggalkan rutinitas 9-to-5. “Bukan ada momen tertentu yang membuat saya berpikir, ‘Saya harus berhenti sekarang.’ Ini lebih ke rasa lelah setiap hari karena berjam-jam di jalan. Saat sampai kantor, energi saya sudah habis, dan ketika pulang, saya hanya ingin istirahat, padahal masih banyak hal yang harus dilakukan,” ungkap Laila kepada SGB VA. Keputusan untuk berhenti bekerja tidaklah mudah. Ia sempat berpikir, “Kalau saya tidak kerja kantoran, apa yang akan saya lakukan? Dari mana saya akan mendapatkan penghasilan? Bagaimana kalau nanti malah kangen kerja di kantor?” Tapi, dengan dukungan penuh dari suaminya, Laila akhirnya memberanikan diri untuk resign. “Keputusannya lebih ke mencari ketenangan. Saya tidak ingin terus-terusan terburu-buru dalam hidup. Saya ingin punya waktu untuk diri sendiri dan keluarga,” jelasnya. Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Menemukan Peluang sebagai Virtual Assistant (VA) Setelah berhenti kerja, Laila sadar bahwa ia tetap butuh penghasilan, tetapi tidak ingin kembali ke pekerjaan kantoran. Laila mulai mencari cara untuk bekerja dari rumah dan menemuskan sebuah kursus VA yang menjanjikan kemampuan untuk menjadi pekerja remote dengan berbagai layanan. Awalnya, Laila merasa ragu. “Saya sempat berpikir, ‘Bagaimana kalau ini SGB VA penipuan?’” Tapi setelah melakukan riset—mencari tahu tentang pemilik kursus, membaca testimoni dari alumni, dan mempelajari latar belakang mereka—ia akhirnya yakin untuk mencoba. Kursus tersebut berlangsung selama enam minggu. Selama periode itu, Laila tidak hanya belajar banyak hal baru tetapi juga membangun jaringan dengan orang-orang yang memiliki visi serupa. “Selain belajar, saya juga mendapatkan teman-teman baru. Setelah menyelesaikan kursus, meskipun saya masih merasa tidak percaya diri, hanya dua minggu kemudian saya berhasil mendapatkan dua klien sekaligus,” ceritanya penuh semangat. Baca Juga: Kisah Sukses Ardin Kerja Jadi Virtual Assistant dari Rumah: Dapat 9 Klien dan Bergaji Dolar Mewujudkan Impian Kerja Remote Hari ini, Laila menjalani impian bekerja dari mana saja. Sebagai VA yang sukses, ia menawarkan berbagai layanan, seperti manajemen media sosial, pembuatan konten, hingga pengisi suara. Menariknya, banyak dari keterampilan ini sebenarnya sudah Laila lakukan saat bekerja di kantor, jadi transisi ke karier remote tidak seberat yang ia bayangkan. Perbedaannya, sekarang ia bisa menggunakan kemampuan tersebut dengan cara yang lebih fleksibel dan memuaskan. “Dulu saya bekerja di kantor 9-to-5 dengan jadwal dan rutinitas yang ketat,” ujar Laila. “Sekarang, saya bisa bekerja dari mana saja—bahkan sambil membereskan rumah atau memasak untuk suami. Saya tidak lagi terikat pada meja kantor atau perjalanan panjang. Saya bisa mengatur hari dan punya waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting. Ini benar-benar impian saya,” ucapnya bangga. Selain kebebasan bekerja dari rumah, Laila juga berhasil mencapai sesuatu yang sulit dicapai banyak orang: keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work life balance). Dulu, ia selalu terburu-buru antara kantor dan rumah, hampir tidak punya waktu untuk bersantai atau berkumpul bersama keluarga. Sekarang, ia memiliki fleksibilitas untuk mengelola keduanya dengan cara yang lebih memuaskan. Suaminya bahkan pernah menyodorkan tantangan untuknya. Ia menantang Laila untuk mendapatkan penghasilan kerja remote dengan jumlah yang sama saat seperti ia di perusahaan dulu. Awalnya, Laila merasa ragu, tetapi ia bertekad untuk mencobanya. Kini, Laila tidak hanya memenuhi tantangan itu—bahkan melampauinya. “Saya sebenarnya menghasilkan lebih banyak dari sebelumnya, dan yang lebih penting adalah saya punya kendali atas waktu yang saya miliki. Saya bisa memprioritaskan kesehatan, keluarga, dan minat pribadi, sesuatu yang tidak pernah bisa saya lakukan saat bekerja di kantor,” jelasnya. Laila kini berhasil membangun bisnis remote hingga mengelola lima klien—pencapaian luar biasa bagi seseorang yang dulu ragu dengan kemampuan bekerja mandiri! Untuk Kamu yang Masih Ragu Laila punya pesan penting untuk siapa pun yang masih ragu untuk mencoba bekerja remote, terutama jika kamu khawatir soal penipuan atau kesulitan mendapatkan klien. “Jangan takut untuk mencoba! Selalu punya keinginan untuk meningkatkan diri supaya kamu bisa menambah nilai dirimu dan menarik klien yang tepat,” sarannya. Laila juga menyarankan agar kita sudah memiliki klien sebelum memutuskan untuk resign. Laila sendiri hanya memutuskan berhenti setelah mendapatkan tiga klien, yang memberinya rasa percaya diri dan keamanan untuk melangkah. “Kuncinya adalah persiapan. saya tidak menyarankan untuk terburu-buru karena itu hanya akan membuat kita semakin cemas. Jadi, percaya pada prosesnya,” tambah Laila. Baca Juga: Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager Ingin Memulai Karier Seperti Laila? Jika kamu merasa stuck dengan rutinitas 9-to-5 dan bertanya-tanya apakah ini saatnya untuk berubah, kamu mungkin bisa belajar dari Laila. Jangan takut untuk mencoba, dan yang terpenting, pastikan kamu mempersiapkan diri dengan baik! Untuk kamu yang ingin menjadi VA seperti Laila, kamu bisa mulai dengan mendapatkan wawasan dari Tania Gromenko, mentor SGB VA, lewat webinar gratis. Dalam webinar gratis ini, kamu akan belajar apa itu VA, keterampilan yang dibutuhkan, dan bagaimana sukses menjadi VA hanya dalam 6 minggu. Daftar segera dengan mengklik link di bawah ini! Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang! Gabung Free Webinar Pelajari Program Berbayar