Maksimalkan Cuan Dollar Pakai Strategi Email Marketing ala Alita – GABUNG MASTERCLASS GRATIS

Jadi VA Oportunis atau Spesialis? Ini Tips dari Abigail, Alumni SGB VA Batch 16

Abigail

VA Oportunis atau Spesialisas? Ini Tips dari Abigail, Alumni SGB VA Batch 16 Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA February 21, 2025 Alumni Stories Menjadi seorang Virtual Assistant (VA) adalah peluang menarik bagi siapa saja yang ingin bekerja fleksibel dan menjangkau klien dari berbagai industri.  Namun, di awal perjalanan, banyak VA pemula dihadapkan pada dilema: apakah harus mengambil semua pekerjaan yang tersedia demi pengalaman, ataukah lebih baik fokus pada satu bidang agar lebih dikenal sebagai spesialis?  Setiap pilihan memiliki tantangannya sendiri, dan menemukan jalur yang paling tepat sering kali membutuhkan proses trial and error. Abigail, alumni SGB VA Course batch 15, pernah mengalami kebingungan yang sama.  Awal Mula Menjadi VA Abigail pertama kali mengenal dunia VA dari iklan SGB VA Course di media sosial. “Saat itu aku memang sedang mencari course yang sesuai dengan minatku. Ketika melihat iklan tentang peluang kerja dari rumah dengan gaji dalam mata uang dollar, aku langsung tertarik,” kenangnya.  Sebelum mengikuti course, ia bahkan tidak tahu apa itu VA. Di saat banyak informasi SGB VA penipuan di internet, motivasinya untuk memiliki pekerjaan fleksibel dari rumah membuatnya mantap bergabung. Setelah menyelesaikan kursus dan belajar di SGB VA, Abigail mulai mencari klien melalui Upwork. Klien pertamanya berasal dari Arab Saudi, tetapi proyek tersebut hanya berlangsung singkat.  Awalnya, ia mengambil berbagai jenis pekerjaan yang tersedia, karena memang tujuan awalnya ialah mencari penghasilan tambahan sekaligus mengisi waktu luang di antara kerja kantorannya. Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa strategi ini tidak selalu efektif. “Aku merasa kesulitan membangun personal branding karena terlalu banyak bidang yang aku coba,” ujarnya. Baca Juga: Silfia Sang ‘Supermom’: Sukses Jadi VA Sekaligus Ibu Anak Berkebutuhan Khusus Jadi VA yang Oportunis Pada awalnya, menerima semua pekerjaan tampak seperti strategi yang baik. Abigail mendapatkan berbagai pengalaman dan memahami dinamika berbagai tugas VA. Namun, ia juga menghadapi tantangan: portofolionya menjadi kurang terarah, dan ia kesulitan memasarkan dirinya secara spesifik. “Dulu aku menerima banyak pekerjaan. Tapi karena tidak spesifik, portofolioku pun jadi kurang terarah. Ini membuatku lebih sulit mendapatkan klien yang benar-benar cocok,” katanya. Sebenarnya, keuntungan menjadi VA generalist adalah fleksibilitasnya. VA generalist bisa mengambil berbagai pekerjaan dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang berubah.  Namun, ada juga tantangannya: sulit untuk menonjol di satu bidang tertentu. Abigail merasakan bahwa meskipun ia bisa mengerjakan berbagai tugas, klien cenderung memilih spesialis untuk tugas-tugas yang lebih kompleks dan bernilai tinggi. Menemukan Spesialisasi Setelah mengalami kesulitan memasarkan diri sebagai VA dengan keahlian terlalu luas, Abigail mulai memfokuskan diri pada branding dan email marketing.  “Dari course aku belajar bagaimana mempromosikan diri dan membangun mindset bisnis. Itu yang membuatku akhirnya percaya bahwa aku bisa melakukan apa saja selama aku punya strategi yang tepat,” ujarnya. Ia mulai memperdalam keterampilannya di email marketing serta memahami strategi segmentasi audiens dan copywriting yang efektif untuk email campaign. Selain itu, ia juga mempelajari lebih dalam tentang strategi email marketing, mulai dari pembuatan konten email, automasi, hingga analisis performa kampanye. Dengan spesialisasi di branding dan email marketing, ia mulai membangun portofolio yang lebih terarah. Baca Juga: Jadi Dokter Sekaligus Virtual Assistant? Bisa, dokter Karlina Buktinya! Perubahan Terbesar Setelah Menjadi VA Salah satu perubahan terbesar yang Abigail rasakan adalah cara pandangnya terhadap bisnis. Sebelumnya, ia berpikir bahwa membangun bisnis membutuhkan modal besar dan pengalaman bertahun-tahun.  Namun, setelah mendalami dunia VA, ia menyadari bahwa bisnis bisa dimulai dari ide dan tekad. “Sisanya bisa dipelajari dan dikerjakan seiring waktu,” katanya. Selain itu, ia juga belajar pentingnya memiliki strategi yang jelas dalam mencari klien. Ia mulai lebih selektif dalam memilih pekerjaan dan memastikan bahwa setiap proyek yang ia ambil benar-benar mendukung pertumbuhan kariernya.  Dengan fokus yang lebih jelas, ia tidak hanya lebih mudah mendapatkan klien tetapi juga lebih percaya diri dalam menawarkan jasanya. Spesialisasi telah membantunya menonjol di bidang yang ia kuasai. “Puji Tuhan, awal bulan ini aku mulai bekerja dengan klienku yang kedua,” ungkapnya. Abigail juga menyadari bahwa menjadi VA bukan hanya tentang memiliki keterampilan teknis, tetapi juga tentang membangun jaringan dan komunitas. Ia aktif di berbagai grup dan forum VA, mengikuti diskusi, serta berbagi pengalamannya. Bergabung dengan komunitas VA seperti SGB VA juga memberinya motivasi untuk terus belajar. “Melihat banyak VA senior yang tetap semangat belajar itu bikin aku lebih termotivasi (untuk menjadi VA yang sukses). Itu berkesan buatku,” tambahnya. Tips Jadi VA ala Abigail Menurut Abigail, sebenarnya pilihan antara menjadi VA generalist atau spesialis tergantung pada tujuan masing-masing. Namun, berdasarkan pengalamannya, ia lebih menyarankan untuk fokus pada satu bidang. Berikut beberapa tips yang ia bagikan: Jangan menjadi oportunis berlebihan – Mengambil banyak pekerjaan tanpa arah yang jelas bisa membuat portofolio menjadi kurang fokus. Fokuslah pada satu bidang – Pilih bidang yang paling kamu kuasai atau yang paling kamu sukai, lalu dalami keterampilan di sana. Bangun portofolio yang solid – Dengan spesialisasi yang jelas, klien lebih mudah menilai keahlianmu dan mempercayakan pekerjaan kepadamu. Belajar strategi pemasaran diri – Promosi yang tepat akan membantumu menarik klien yang benar-benar membutuhkan jasa yang kamu tawarkan. Baca Juga: Komunitas dan Networking: Kunci Kesuksesan Dyah Berkarier sebagai VA Yuk, Jadi VA Spesialis yang Dibutuhkan Klien Bagi mereka yang suka tantangan dan fleksibilitas, menjadi VA generalist bisa menjadi pilihan yang baik. Namun, bagi mereka yang ingin lebih cepat berkembang dan mendapatkan klien yang lebih bernilai tinggi, spesialisasi adalah langkah yang tepat. Abigail telah membuktikan bahwa dengan fokus dan strategi yang tepat, ia bisa membangun karier yang stabil sebagai VA. Kini, ia tidak hanya bekerja dengan klien yang lebih sesuai dengan keahliannya, tetapi juga memiliki kepercayaan diri lebih dalam menjalani profesinya. Jika kamu ingin menjadi VA spesialis dan menarik banyak klien untuk menggunakan jasamu, kamu ada di tempat yang tepat! SGB VA Course akan membantu kamu mulai dari memetakan keterampilan dan niche layanan VA hingga praktik langsung untuk mendapatkan klien impian pertamamu sebagai VA. Mau tahu informasi kursus SGB VA lebih lanjut? Ikuti webinar gratis bersama mentor SGB VA, Tania Gromenko, yuk! Klik link di bawah untuk mendaftar sebelum slot habis. Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat

Cerita Ambar: Ibu Rumah Tangga yang Sukses dengan 3 Klien Internasional sebagai VA

Ambar - SGB VA Alumni Story

Cerita Ambar: Ibu Rumah Tangga yang Sukses dengan 3 Klien Internasional sebagai VA Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA February 7, 2025 Alumni Stories Bagi sebagian orang, rutinitas kantor adalah hal yang wajar. Namun, bagi Ambar, setelah lebih dari 10 tahun bekerja sebagai profesional di bidang Human Resources, hidupnya mulai terasa terbebani oleh jam kerja yang panjang, perjalanan menuju kantor yang melelahkan, dan waktu yang semakin sedikit untuk keluarga.  Namun, suatu hari, Ambar menemukan sebuah kesempatan yang bisa mengubah arah hidupnya, yaitu dengan menjadi Virtual Assistant (VA). Cerita perjalanan Ambar menuju dunia Virtual Assistant ini penuh dengan keputusan penting yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Mengapa Ambar Memutuskan Jadi VA? Ambar pernah menjalani kehidupan sebagai karyawan kantoran selama lebih dari 10 tahun di bidang Human Resources (HR). Rutinitas dari pukul 8 pagi hingga 5 sore, perjalanan panjang menuju kantor, dan kurangnya waktu bersama keluarga membuatnya mulai berpikir ulang tentang kariernya. Suatu hari, ia menemukan iklan SGB VA Course, yang ternyata, “menyentuh” titik kelemahan yang selama ini ia rasakan. Ambar sangat ingin memiliki pekerjaan yang bisa dijalani dengan lebih leluasa, tanpa harus meninggalkan rumah setiap pagi. Meskipun awalnya merasa ragu, apalagi banyak informasi SGB VA penipuan di internet, Ambar akhirnya berdiskusi dengan suaminya. Suaminya yang sudah melihat betapa stresnya Ambar dengan rutinitas kantornya, memberikan dukungan penuh untuk mengambil langkah berani ini.  “Ketika melihat iklan SGB VA Course, saya pikir, ini adalah momen yang tepat,” ujar Ambar. Baca Juga: Jadi Dokter Sekaligus Virtual Assistant? Bisa, dokter Karlina Buktinya! Bekerja dengan 3 Klien Internasional Setelah mengikuti kursus dan memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang dunia VA, Ambar mulai memanfaatkan keahlian yang sudah dimilikinya di bidang HR untuk menawarkan layanan VA.  “Klien saya mencari HR untuk bisnis mereka, namun ketika mereka tahu saya juga bisa membantu tugas administratif mereka, akhirnya mereka, ‘Oh, bagus, kalau begitu bantu (tugas administratif) juga’,” ujarnya. Ia memutuskan untuk memberikan layanan yang lebih spesifik, seperti manajemen jadwal, pengelolaan email, serta dukungan administratif bagi bisnis kecil dan startup. Tak lama setelah itu, Ambar berhasil mendapatkan klien pertama dari Singapura. Beberapa waktu kemudian, ia juga mendapatkan klien dari Amerika Serikat dan Australia.  Meskipun bekerja dari rumah, Ambar bisa memberikan layanan yang lebih dari sekadar pekerjaan administratif. Keahliannya dalam mengelola SDM ternyata memberikan nilai tambah bagi bisnis klien-kliennya. Mengatur Waktu antara Klien dan Keluarga Salah satu tantangan terbesar Ambar sebagai Virtual Assistant adalah menyesuaikan waktu kerja dengan kebutuhan klien yang tersebar di berbagai zona waktu.  Sebagai contoh, klien dari Los Angeles menginginkan Ambar bekerja pada malam hari, sementara klien dari Singapura lebih aktif di siang hari. “Karena ada perbedaan waktu, saya bekerja siang sampai sore untuk klien Singapura, dan sore sampai malam untuk klien dari Amerika (Los Angeles),” ungkapnya. Untuk mengatasi hal ini, Ambar menyusun jadwal yang fleksibel namun tetap produktif. Di pagi hari, Ambar fokus mengurus keluarganya, mulai dari mempersiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak, membereskan rumah, mencuci baju, dan lainnya.  Kemudian, ia menggunakan siang hari untuk mengerjakan tugas dari klien Singapura. “Kemudian saya biasa beristirahat dari jam 4 sore sampai jam 6 sore,” ujarnya. Setelahnya, ia bekerja dari pukul 10 malam hingga 3 pagi untuk klien dari Los Angeles. Meskipun padat, Ambar merasa cara ini membantunya mengatur waktu dengan lebih baik, sehingga ia tetap bisa memenuhi kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Dengan bantuan aplikasi manajemen waktu seperti Google Calendar, ia mengatur jadwal harian dan memastikan pekerjaan tetap selesai tepat waktu. Setiap hari, ia selalu menyempatkan diri untuk beristirahat, berolahraga ringan, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Baca Juga: Komunitas dan Networking: Kunci Kesuksesan Dyah Berkarier sebagai VA Dukungan Keluarga yang Menguatkan Salah satu faktor keberhasilan Ambar sebagai VA adalah dukungan dari keluarganya, terutama suaminya. Menurut Ambar, sang suami tidak terlalu mengenal VA, tetapi ia percaya bahwa ini adalah peluang yang baik bagi Ambar untuk tetap produktif tanpa harus meninggalkan rumah.  “Ketika saya bilang ingin berkarier sebagai VA, suami langsung mendukung keputusan saya,” ujar Ambar. Kini, Ambar bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anaknya, mengantar mereka ke sekolah, serta menikmati aktivitas keluarga seperti menonton film atau melakukan perjalanan singkat. Setelah beberapa bulan menjadi VA, Ambar merasa hidupnya jauh lebih tenang dan bahagia. Ia tidak lagi mengalami stres karena kemacetan atau konflik di kantor. Fleksibilitas dalam bekerja membuatnya bisa mengatur waktunya sendiri dan tetap menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dengan baik. “Saya merasa lebih damai dan segar. Tidak ada lagi konflik kantor atau macet di jalan. Ini keputusan terbaik yang pernah saya buat,” ungkap Ambar. Baca Juga: Jadi Virtual Assistant Sambil Kerja Kantoran? Bisa! Annisa Buktinya Tips Bagi Ibu Rumah Tangga yang Ingin Memulai Karier Remote Bagi kamu yang ingin mengikuti jejak Ambar dan memulai karier sebagai Virtual Assistant, berikut beberapa tips yang bisa membantu agar kamu sukses dalam pekerjaan remote: Tentukan Jadwal yang JelasMeskipun bekerja dari rumah memberikan fleksibilitas, memiliki jadwal yang terstruktur akan membantumu tetap fokus dan produktif. Tentukan waktu untuk bekerja dan waktu untuk istirahat agar kamu bisa menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Manfaatkan Waktu Luang dengan BijakGunakan waktu senggang untuk aktivitas yang menyegarkan tubuh dan pikiran, seperti olahraga ringan atau belajar hal baru. Ini dapat membantu menjaga semangat dan mencegah burnout. Manfaatkan Keahlian yang Sudah DimilikiJika kamu memiliki keahlian khusus, seperti di bidang penulisan, desain grafis, atau manajemen, manfaatkan itu sebagai modal untuk menawarkan layanan VA. Memulai dengan keahlian yang sudah kamu kuasai akan memudahkanmu dalam menjalankan pekerjaan. Pisahkan Waktu Pekerjaan dan Waktu KeluargaAgar tidak tercampur antara pekerjaan dan kewajiban rumah tangga, pastikan kamu memiliki jadwal yang jelas dan ruang kerja yang terpisah. Ini akan membantumu tetap fokus dan tidak terganggu oleh pekerjaan rumah tangga. Menjadi Profesional Tanpa Mengorbankan Waktu Keluarga Kisah Ambar menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang, disiplin, serta dukungan dari keluarga, kamu bisa menjalani karier sebagai Virtual Assistant tanpa harus meninggalkan rumah atau mengorbankan waktu untuk keluarga.  Dengan fleksibilitas yang ditawarkan oleh pekerjaan remote ini, kamu bisa memiliki karier yang sukses sekaligus menjaga keseimbangan dalam hidup. Jika kamu tertarik untuk memulai karier sebagai Virtual Assistant, namun bingung harus mulai dari mana, kamu bisa mengikuti program kursus SGB VA Course. Dalam kursus VA

Tak Bisa Mengajar Lagi Karena Sakit, Wirda Justru Berhasil Kerja dari Rumah

Wirda's alumni story - SGB VA

Tak Bisa Mengajar Lagi Karena Sakit, Wirda Justru Berhasil Kerja dari Rumah Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA February 6, 2025 Alumni Stories Hidup sering kali membawa kita ke jalan yang tidak terduga, terutama ketika tantangan memaksa kita untuk memikirkan kembali prioritas kita. Bagi Wirda, mantan guru pendidikan khusus di Malaysia, krisis kesehatan justru membawanya menemukan dunia Virtual Assistant (VA). Saat mencari fleksibilitas untuk memulihkan diri dan tetap mengurus keluarganya, ia menemukan karier yang memungkinkan bekerja dari rumah sambil memanfaatkan beragam keterampilannya. Dalam artikel ini, kita akan menyelami perjalanan Wirda—mulai dari awal kariernya di dunia pendidikan dan freelance hingga akhirnya memutuskan menjadi VA. In this article… Berawal dari Masalah Kesehatan Sebelum menjadi Virtual Assistant, kehidupan Wirda berpusat pada dunia pendidikan. Selama bertahun-tahun, ia bekerja sebagai guru pendidikan khusus di Selangor, Malaysia, membantu siswa dengan kesulitan belajar. Di samping mengajar, ia juga terjun ke dunia freelance sejak tahun 2000. Ia berkarier di bidang administrasi, pemasaran, hubungan masyarakat, manajemen proyek, dan penelitian. “Saya selalu senang membantu orang lain melalui apa yang saya kerjakan, baik itu siswa maupun pemilik bisnis,” ungkapnya. Namun, segalanya berubah pada tahun 2019. Sejak kecil, Wirda memang memiliki masalah kesehatan, tetapi pada April 2019, ia mengalami masalah yang lebih serius. “Saya bangun tidur dengan sakit kepala yang hebat, dan setelah MRI, dokter menemukan adanya gumpalan darah di otak saya,” ceritanya. Meskipun tidak berbahaya, dokter mendiagnosisnya dengan stroke, menyebabkan lengan kanannya mati rasa. Ia kesulitan melakukan tugas-tugas dasar dan bahkan sempat kehilangan suaranya.  “Saya tidak bisa mengajar, tidak bisa kembali ke sekolah, dan saat itulah saya sadar bahwa saya harus melakukan perubahan.” Dengan perjalanan pemulihan yang panjang di depannya, Wirda mencari pekerjaan yang fleksibel. “Saya butuh waktu untuk sembuh, tetap di rumah, tapi juga tetap bisa menghasilkan uang,” katanya. Saat itulah ia memutuskan menjadi Virtual Assistant. Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Titik Balik dalam Karier Wirda Suatu waktu, ia tak sengaja melihat iklan tentang SGB VA yang menyebutkan peluang kerja remote. Meskipun familiar dengan dunia freelance, Wirda mengaku sempat merasa ragu dengan konsep kerja remote. Ia bahkan sempat berpikir, apakah SGB VA penipuan atau bukan. Namun, setelah menghadiri beberapa webinar, ia mulai tertarik. “Saya melihat Tania, pendiri SGB VA, dan berpikir, kalau dia bisa melakukannya, kenapa saya tidak?” Keberhasilan Tania sebagai VA Expert di Singapura, meskipun berasal dari Rusia, menginspirasi Wirda untuk terus maju. Di tengah pemulihan dari beberapa operasi dan terapi bicara, Wirda masih menghadapi tantangan, seperti kesulitan mengetik dengan tangan kanannya yang dominan. Namun, tekadnya membuahkan hasil. Ia mendaftar ke program SGB VA dan mulai belajar tentang dunia VA. Pengalaman Sebagai VA Saat menjalani pelatihan di SGB VA, Wirda banyak belajar tentang keterampilan praktis seperti tugas administrasi, manajemen media sosial, hingga pembuatan desain grafis dasar. Namun, menurutnya, pelajaran paling penting yang ia dapatkan adalah berkolaborasi.  “Ketika kamu berkolaborasi, kamu bisa mencapai lebih banyak dibandingkan saat bersaing,” ujarnya.  Wirda tidak langsung mengejar keuntungan ketika memulai jadi VA. Ia memutuskan untuk memperbanyak pengalamannya terlebih dulu dengan menawarkan jasanya secara gratis.  “Saya menawarkan uji coba gratis selama 10 jam kepada klien, hanya untuk mendapatkan feedback dan referensi. Saya tidak mencari bayaran langsung, hanya pengalaman,” jelasnya. Dari situlah bisnisnya mulai berkembang. Berkat rekomendasi dan jaringan dari klien yang puas, reputasi baiknya mulai menyebar. “Tania menyarankan saya untuk mencari klien dari lingkaran terdekat—keluarga, teman, dan jaringan mereka—dan itulah yang saya lakukan.” Kini, Wirda fokus membantu klien untuk tugas-tugas administratif seperti manajemen email, pengelolaan kalender, dan koordinasi webinar. Meskipun ia juga mampu menangani manajemen media sosial dan desain grafis dasar, passion utamanya tetap di bidang administrasi. “Pekerjaan ini cocok dengan keterampilan dan kepribadian saya,” katanya. Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Menemukan Fleksibilitas dan Penghasilan dari Rumah Menjadi Virtual Assistant mengubah hidup Wirda. Tidak hanya memberinya kesempatan untuk bekerja dari rumah, tetapi pekerjaa ini juga memungkinkan ia mendapatkan penghasilan dengan caranya sendiri. Saat ini, ia bekerja berdasarkan proyek atau paket jam, dengan tarif sekitar $10 USD per jam. “Untuk 10 jam kerja, saya bisa mendapatkan sekitar RM450, dan untuk 20 jam, sekitar RM900,” jelasnya. Meskipun penghasilannya belum mencapai target yang diinginkannya, fleksibilitas sebagai VA memberinya ruang untuk berkembang sesuai ritmenya sendiri.  Wirda memutuskan untuk fokus pada peningkatan keterampilan dan perluasan basis kliennya, sembari tetap menikmati kebebasan bekerja dari rumah dan mendukung keluarganya. Tips untuk Calon Virtual Assistant Bagi siapa pun yang ingin memulai karier sebagai Virtual Assistant, Wirda punya beberapa saran: Kenali apakah remote work cocok untukmu?“Luangkan waktu untuk merenung dan tanyakan pada diri sendiri apakah pekerjaan jarak jauh sesuai dengan gaya hidupmu. Tidak semua orang cocok, tapi dengan tekad, siapa pun bisa berhasil.” Spesialisasi itu penting!“Dengan memiliki keterampilan di bidang yang spesifik, klien akan lebih mudah untuk menilai apakah kamu VA yang cocok untuk bisnisnya atau tidak,” sarannya. Bangun kredibilitas“Jika kamu memberikan hasil kerja berkualitas tinggi dan membangun reputasi yang kuat, klien akan merekomendasikanmu. Saya tidak banyak menggunakan media sosial untuk pemasaran. Klien saya datang dari rekomendasi, dan itu sangat efektif,” katanya. Baca Juga: Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant! Ingin Mengikuti Perjalanan Wirda? Bagi Wirda, menjadi Virtual Assistant bukan sekadar perubahan karier, tapi juga “penyelamat hidup”. Kini, ia bisa lebih fleksibel dalam mengurus kesehatannya, bekerja dari rumah, dan tetap mendukung finansial keluarga.  “Saya berharap profesi VA terus berkembang dan diakui sebagai karier yang dihormati, seperti dokter atau pengacara,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Jika kamu terinspirasi oleh kisah Wirda dan ingin memulai perjalananmu sendiri di dunia kerja remote, ikuti webinar GRATIS dari SGB VA untuk mendapatkan wawasan mendalam seputar karier menjadi VA. Daftar sekarang lewat link di bawah! Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang! Gabung Free Webinar Pelajari Program Berbayar

Jadi Dokter Sekaligus Virtual Assistant? Bisa, dokter Karlina Buktinya!

Alumni Story - Dokter Karlina

Jadi Dokter Sekaligus Virtual Assistant? Bisa, dokter Karlina Buktinya! Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA February 6, 2025 Alumni Stories Di dunia medis, jadwal kerja yang padat dan tuntutan profesional sering kali membuat para dokter sulit mencari peluang lain di luar profesi mereka. Namun, dokter Karlina Alferinda (Batch 13) membuktikan bahwa fleksibilitas karier bukanlah sesuatu yang mustahil. Di tengah kesibukan menjalani magang sebagai dokter muda, ia justru menemukan peluang baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya—menjadi seorang Virtual Assistant (VA). Dengan tekad untuk terus berkembang dan mencari keterampilan tambahan, ia memutuskan untuk memasuki dunia ini tanpa meninggalkan latar belakang medisnya. Bagaimana perjalanan seorang dokter bisa merintis karier sebagai VA? Apa saja tantangan dan peluang yang ia temui? Simak kisah inspiratifnya berikut ini! Mencari Peluang di Tengah Kesibukan Sebagai Dokter Saat menjalani magang di Kota Serang pada tahun 2023, Karlina mulai memikirkan masa depan kariernya lebih luas. Ia menyadari bahwa meskipun profesi dokter adalah panggilan hidupnya, ada banyak keterampilan lain yang bisa ia pelajari untuk membuka peluang baru. “Saya ingin mencari sesuatu yang bisa saya lakukan di luar profesi dokter, tapi tetap berkaitan dengan dunia medis,” ungkapnya kepada SGB VA. Keinginannya bukan tanpa alasan. Ia melihat perkembangan dunia kesehatan semakin erat dengan teknologi dan administrasi digital. Di samping itu, ia juga ingin memiliki fleksibilitas lebih dalam bekerja tanpa harus selalu terikat dengan jadwal shift yang padat.  Namun, pertanyaannya, di mana ia bisa menemukan keterampilan yang sesuai dengan latar belakang medisnya? Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Bergabung dengan SGB VA Jawabannya datang secara tak terduga. Saat sedang berselancar di Instagram, ia menemukan iklan SGB VA. Walau banyak beredar kabar SGB VA penipuan, namun Karlina memutuskan untuk mencoba menggali lebih dalam tentang kursus ini. Awalnya, ia hanya sekadar melihat-lihat, tetapi semakin dalam ia mencari tahu, semakin besar pula ketertarikannya. “Saya melihat banyak alumni yang sukses berkarier sebagai VA, bahkan dari berbagai latar belakang yang berbeda. Saya mulai berpikir, mungkin ini adalah jalan yang bisa saya coba,” kenangnya. Namun, keputusan untuk bergabung bukan hal yang mudah. Jadwal magang yang padat membuatnya ragu apakah ia bisa mengikuti kursus dengan maksimal.  Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya ia mendaftar pada bulan September 2023. Keputusan itu membuka pintu baru dalam perjalanan profesionalnya.  Selama kursus, ia tidak hanya belajar keterampilan administratif seperti entri data dan manajemen jadwal, tetapi juga memahami pentingnya personal branding dan strategi mencari klien.  Dari sana, ia mulai melihat bahwa dunia kerja tidak terbatas hanya pada rumah sakit atau klinik. Ada banyak peluang lain yang bisa dijalani, termasuk bekerja secara fleksibel dari mana saja, tanpa harus melepaskan latar belakang medis yang sudah ia bangun. Karlina juga berusaha membagi waktu antara magang dan menyelesaikan tugas kursus. “Saya harus pintar-pintar menyusun timeline dan mencicil tugas di waktu senggang, meskipun itu berarti mengorbankan jam istirahat,” katanya. Untungnya, rekaman materi selalu tersedia, sehingga ia bisa mengejar ketertinggalan kapan saja. Hal lain yang sangat membantunya selama kursus adalah adanya student advisor.  “Mereka sangat suportif dan selalu memberikan kritik serta saran setiap kali saya mengumpulkan tugas. Itu sangat membantu saya untuk berkembang.” Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang! Gabung Free Webinar Pelajari Program Berbayar

Komunitas dan Networking: Kunci Kesuksesan Dyah Berkarier sebagai VA

https://sgbva.com/free-webinar/?utm_source=blogpost&utm_medium=/komunitas-dan-networking-kunci-kesuksesan-dyah-berkarier-sebagai-va

Komunitas dan Networking: Kunci Kesuksesan Dyah Berkarier sebagai VA Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 27, 2025 Alumni Stories Membangun karier sebagai Virtual Assistant (VA) bukanlah hal yang mudah, terutama bagi mereka yang baru memulai. Namun, bagi Dyah, seorang ibu yang beralih dari pekerjaan kantoran ke dunia VA, perjalanan ini penuh dengan pembelajaran dan keberanian.  Dari keraguan awal hingga meraih kesuksesan, Dyah membuktikan bahwa komunitas dan networking adalah kunci utama dalam mencapainya. Di balik setiap tugas yang ia selesaikan untuk klien dari berbagai belahan dunia, ada cerita tentang ketekunan, kolaborasi, dan tentu saja, jaringan yang mendukungnya.  Ini adalah kisah bagaimana Dyah berhasil menjadi VA sukses berkat koneksi yang ia bangun. Mengapa Memilih Jadi Virtual Assistant? Dyah Narendra Duhita (Batch 13), seperti banyak orang, menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja di kantor. Sebelum akhirnya beralih ke dunia sebagai VA, Dyah bekerja sebagai HR and Procurement, pekerjaan yang tentunya menuntut banyak komitmen dan tenaga.  Namun, kehidupan berubah drastis ketika anak bungsunya sakit, yang membuatnya terpaksa sering mengambil cuti dan merasa tak bisa memberikan yang terbaik di tempat kerja.  Rasa frustrasi dan perasaan terperangkap dalam rutinitas yang tidak fleksibel membuat Dyah berpikir untuk mencari peluang baru yang bisa memberinya kebebasan lebih, terutama dalam mengatur waktu untuk merawat anak.  “Karena dia sakit, aku banyak cuti dan nggak fokus kerja. Akhirnya, aku beranikan diri untuk resign,” ujarnya saat dihubungi SGB VA. Inilah yang akhirnya mendorongnya untuk memilih menjadi VA, sebuah pilihan yang memberikan keleluasaan dalam bekerja dari rumah dan tetap merawat keluarga. Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Menemukan SGB VA Perjalanan Dyah menuju dunia VA dimulai dengan ketidakpastian. Sebelumnya, ia sempat mendengar tentang profesi VA, namun ragu untuk terjun. Dyah sempat menemukan webinar gratis SGB VA.  Namun, setelah beberapa kali mengikuti webinar, Dyah masih merasa ragu karena peluang kerja sebagai VA tidak terlalu relevan dengan pekerjaannya saat ini. “Karena ternyata, banyak sekali pelajaran yang harus aku catch up. Secara, aku newbie,” ujarnya. Situasi ini berubah ketika Dyah bertemu kembali dengan teman SMA-nya yang sudah menjadi alumni SGB VA. Temannya ini menjadi pendorong besar bagi Dyah untuk akhirnya memutuskan untuk mengikuti kursus VA.  Walaupun masih banyak keraguan, Dyah merasa yakin karena temannya itu berbagi pengalaman dan memberi gambaran tentang potensi besar menjadi VA. Percaya Diri Berkat Student Advisor Setelah memantapkan diri untuk bergabung dengan kursus SGB VA, Dyah mulai menapaki dunia baru ini. Awalnya, tantangan terbesar adalah memahami banyak hal baru yang harus dipelajari, terutama karena ia merasa masih sangat pemula dalam bidang ini.  Namun selama kursus, Dyah merasa beruntung memiliki seorang Student Advisor (SA) yang sangat mendukung. Namanya Dewi. “SA mau bantu, kalau ditanya-tanya juga mau (menjawab). Sampai dia bikin gathering buat semua student-nya. Dia sharing banyak banget di sana,” ungkap Dyah. Meskipun awalnya sempat ragu, Dyah perlahan mulai memahami bahwa menjadi VA bukan hanya tentang menyelesaikan tugas-tugas administratif, tetapi juga tentang membangun personal brand yang kuat.  Ini adalah pelajaran penting yang ia terima dari kursus dan dari SA-nya, yang akhirnya membuat Dyah yakin bahwa ia bisa sukses dalam profesi ini. Walaupun banyak informasi yang menyebutkan SGB VA penipuan, namun Dyah merasa, bergabung dengan SGB VA adalah keputusan yang tepat. Baca Juga: Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant! Bekerja dengan 4 Klien Internasional Saat ini, Dyah bekerja sebagai VA dengan fokus utama pada Social Media Management (SMM). Pekerjaannya ini dilakukan secara kolaboratif dengan rekan-rekannya sesama VA. Dyah mulai bekerja sama sejak merasa terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan seorang diri. “Sampai demotivasi, nggak tahu mau cerita ke siapa, bingung mau nanya ke siapa,” ujarnya. Mereka belajar bahwa dengan berbagi tugas, pekerjaan bisa selesai lebih efisien, tanpa merasa terbebani atau burnout.  Dyah dan timnya bekerja sama dalam satu proyek besar milik klien, saling menggantikan peran satu sama lain saat diperlukan, dan bahkan saling mendukung dalam proses pencarian klien baru. Dyah merasa bersyukur karena klien yang ia dapatkan sebagian besar berasal dari luar negeri, mulai dari Prancis, Amerika Serikat, hingga Jerman. Ini membuka banyak peluang dan membuatnya semakin berkembang dalam pekerjaan ini.  “Bulan ini (Januari 2025), masuk (klien) dari Selandia Baru,” ungkapnya. Kebanyakan kliennya berasal dari berbagai bidang, seperti wellness, e-commerce, pendidikan, dan influencer marketing. Keberagaman ini memberikan pengalaman yang sangat berharga, karena Dyah bisa belajar banyak hal baru dan memperluas pengetahuannya dalam berbagai industri. Komunitas dan Networking Adalah Kunci Salah satu hal yang paling disorot oleh Dyah sebagai VA adalah pentingnya bergabung dalam komunitas dan membangun jaringan yang kuat.  Sejak awal, Dyah merasa bahwa tanpa komunitas, ia mungkin akan merasa kesulitan menghadapi tantangan dalam karier VA. Melalui komunitas, Dyah menemukan teman-teman yang tidak hanya memberi dukungan moral, tetapi juga berbagi pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna. Komunitas menjadi tempat untuk saling menguatkan, bertukar informasi, dan bahkan mencari peluang baru seperti proyek-proyek besar. “Kalau masalah fee, karena kita kerjanya bareng-bareng, pasti dibagi-bagi juga. Tapi karena kita bareng-bareng, kita bisa dapat banyak klien sekaligus,” ungkapnya. Di sisi lain, networking juga berperan besar dalam mencari klien dan memperluas peluang kerja. Dyah merasa bahwa membangun hubungan yang baik dengan orang-orang dalam industri ini membuka banyak pintu peluang yang tidak akan ditemukan jika bekerja sendirian.  Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Pesan dan Tips untuk VA Pemula Bagi kamu yang baru ingin memulai karier sebagai VA, Dyah memiliki beberapa pesan dan tips yang sangat berguna.  Pertama, jangan takut untuk memulai. Banyak orang merasa ragu dan takut gagal, tetapi Dyah menekankan bahwa yang terpenting adalah berani mengambil langkah pertama. Jika kamu merasa tidak tahu harus mulai dari mana, ikut kursus atau webinar untuk belajar lebih banyak tentang profesi ini. Kedua, bangun personal branding dengan kuat. Seperti yang Dyah alami, ini adalah salah satu kunci untuk menarik klien. Dengan membangun brand yang jelas dan konsisten, kamu bisa menunjukkan keahlianmu kepada calon klien dan membedakan dirimu dari kompetitor lainnya. Ketiga, jangan lupa untuk bergabung dengan komunitas. Dalam komunitas, kamu bisa belajar dari pengalaman orang lain, berbagi tantangan, dan bahkan bekerja sama dalam proyek-proyek besar. “Seperti yang banyak dibilang,

10 Tahun Kerja di Hospitality, Kini Mellika Jadi VA Bergaji Dolar

Mellika, SGB VA Alumni.

From 10 Years in Hospitality Industry to High-Paying Virtual Assistant: Mellika’s Journey Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 21, 2025 Alumni Stories Setiap orang punya cerita, dan kisah perubahan karier sering kali menjadi yang paling menginspirasi. Kali ini, kita akan berkenalan dengan Mellika, seorang wanita yang berani melangkah keluar dari zona nyamannya di dunia hospitality untuk mencoba sesuatu yang sama sekali baru: menjadi seorang Virtual Assistant (VA).  Jika kamu sedang mempertimbangkan perubahan karier, cerita Mellika mungkin bisa jadi pendorong untuk mengambil langkah pertamamu. Jadi Pegawai Hotel 10 Tahun Sebelum menjadi VA, Mellika menjalani hidup yang penuh dinamika di dunia hospitality. Selama hampir satu dekade, ia bekerja keras di dalam industri yang mengandalkan interaksi langsung dan kehadiran fisik.  Ia menikmati pekerjaannya, tetapi ada dorongan dalam hatinya untuk mencari sesuatu yang berbeda. “Saya sadar bahwa saya ingin melakukan hal lain yang bisa memberi ruang untuk belajar dan berkembang,” kata Mellika.  Ketika pandemi melanda, semuanya berubah. Perusahaan tempat ia bekerja di Singapura terpaksa tutup, dan Mellika harus menghadapi kenyataan kehilangan pekerjaan. Seperti banyak orang lainnya di industri hospitality, ia merasa bingung dan frustrasi. Namun, dari momen sulit itu, datanglah peluang baru. Suaminya, yang bekerja di bidang IT, memperkenalkan Mellika pada dunia kerja remote.  Ia mulai mencari tahu tentang platform seperti Upwork, Fiverr, dan Freelancer. Awalnya, hanya sekadar rasa penasaran, tetapi Mellika segera menyadari bahwa menjadi VA bisa menjadi jalan baru untuk kariernya. Baca Juga: Silfia Sang ‘Supermom’: Sukses Jadi VA Sekaligus Ibu Anak Berkebutuhan Khusus Mengapa Memilih Menjadi VA? Selain kondisi dunia kerja yang tidak baik-baik saja saat itu, ternyata, keputusan Mellika menjadi VA sejalan dengan apa yang ia inginkan selama ini. Mellika selalu tertarik pada pemasaran digital, namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk belajar kala itu. Dengan demikian, menjadi VA memberinya kesempatan untuk belajar sekaligus menerapkan keterampilan baru. “Saya mulai belajar tentang email marketing, pembuatan konten, manajemen media sosial, bahkan AI. Semua itu sangat menarik buat saya, saya ingin sekali mempelajarinya,” katanya.  Baginya, menjadi VA bukan sekadar mencari pekerjaan baru, tetapi juga tentang menemukan cara untuk membantu bisnis tampil lebih menarik secara online. Selain itu, ia merasa pekerjaan ini memberinya fleksibilitas yang ia butuhkan. “Saya bisa bekerja dengan klien dari berbagai bidang, jadi tidak pernah terasa monoton. Kreativitas dan variasi dalam pekerjaan inilah yang membuat saya jatuh cinta pada profesi ini,” tambahnya. Mendalami Dunia VA lewat SGB VA Setelah dua tahun bekerja secara remote, Mellika merasa perlu berinvestasi pada pengembangan dirinya. Ia mulai membandingkan berbagai kursus online dan mengikuti webinar gratis untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia VA.  Akhirnya, ia menemukan program SGB VA, yang menurutnya menawarkan semua yang ia butuhkan: materi praktis, mentor berpengalaman, dan komunitas alumni yang suportif. Mellika dengan berani mengikuti kursus ini di saat banyak orang yang skeptis dengan SGB VA, bahkan menganggap SGB VA penipuan. “Hal terbaik yang saya pelajari adalah cara membangun portofolio yang kuat dan mendekati klien dengan cara yang profesional,” ungkap Mellika. Keterampilan ini membuatnya percaya diri saat menawarkan jasanya kepada klien baru. Kini, Mellika fokus pada layanan seperti email marketing, copywriting, dan SEO. Tapi, ia tidak berhenti di situ.  “Saya selalu ingin belajar lebih banyak. Mungkin ke depannya saya akan menambah layanan lain di bidang pemasaran digital. Saya percaya, untuk tetap relevan, kita harus terus belajar dan berkembang,” jelasnya. Baca Juga: Jadi Virtual Assistant Sambil Kerja Kantoran? Bisa! Annisa Buktinya Tantangan Mendapatkan Klien Pertama Mellika memulai perjalanannya dengan membangun profil di platform seperti Upwork dan Fiverr. Ia melamar pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya, dan pekerjaan pertamanya adalah entri data. Meskipun sederhana, itu menjadi pijakan awal untuk membangun portofolio dan pengalaman.  Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Mellika menghadapi tantangan besar seperti membangun kepercayaan diri untuk bersaing dengan VA lain yang sudah lebih berpengalaman. Selain itu, ia harus belajar cara menonjolkan keterampilannya agar dilirik oleh klien di tengah persaingan yang ketat. Mellika juga harus belajar untuk mengelola ekspektasi, terutama mengenai penghasilan yang akan ia dapatkan. “Di awal, penghasilannya mungkin belum besar, tapi nilai yang saya tawarkan kepada klien terus bertambah seiring waktu. Sekarang, saya bisa menghasilkan pendapatan yang layak hanya dengan bekerja beberapa jam sehari. Yang paling saya syukuri, saya punya lebih banyak waktu untuk keluarga,” katanya dengan senyum. Baca Juga: Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant! Tips dari Mellika untuk Para Calon VA Buat kamu yang sedang mempertimbangkan menjadi VA, Mellika punya beberapa saran berharga yang bisa membantumu memulai: Lakukan Riset Mendalam Sebelum memutuskan menjadi VA, pastikan kamu memahami apa yang dibutuhkan dalam profesi ini. Apakah pekerjaan ini sesuai dengan nilai-nilai yang kamu pegang? Apakah keterampilanmu relevan dengan kebutuhan pasar saat ini? Cari tahu juga tentang jenis layanan yang paling banyak diminati oleh klien di platform seperti Upwork atau Fiverr. Semakin banyak informasi yang kamu miliki, semakin yakin kamu dalam mengambil langkah pertama. Komitmen adalah Kunci Profesi VA membutuhkan konsistensi dan dedikasi. Jangan setengah-setengah dalam menjalaninya, terutama di awal ketika persaingan bisa terasa berat. Mellika menyarankan untuk menjadwalkan waktu belajar dan bekerja dengan disiplin. Selain itu, bersiaplah untuk terus belajar, karena dunia digital terus berubah, dan keterampilan baru akan selalu dibutuhkan. Fokus pada Pengembangan Diri Jangan takut untuk berinvestasi pada dirimu sendiri. Mengikuti kursus, pelatihan, atau webinar bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan kemampuan. Selain itu, pengembangan diri tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga cara berkomunikasi dengan klien, manajemen waktu, dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Bangun Jaringan dan Komunitas Jangan remehkan kekuatan jaringan. Bergabunglah dengan komunitas VA, seperti SGB VA, atau forum diskusi online yang relevan. Di sana, kamu bisa bertukar pengalaman, belajar dari para profesional lain, dan bahkan menemukan peluang kerja baru.  Berani Memulai dari Hal Kecil Tidak masalah jika proyek pertamamu sederhana atau bayarannya tidak besar. Yang penting adalah pengalaman yang kamu dapatkan dan portofolio yang bisa kamu bangun. Setiap langkah kecil adalah pijakan menuju kesuksesan yang lebih besar. Dengan mengikuti tips ini, Mellika percaya bahwa siapa pun bisa memulai perjalanan sebagai VA dan menemukan kesuksesan dalam profesi ini. Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Kamu Juga Bisa Seperti Mellika

Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant!

rifka's story

Cerita Rifka: Gak Bisa Bahasa Inggris Tetap Jadi Virtual Assistant! Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 15, 2025 Alumni Stories Siapa sangka, di balik setiap keputusan yang terlihat sederhana, ada peluang besar yang menunggu untuk ditemukan? Inilah yang Rifka rasakan saat ia memutuskan untuk menjadi seorang Virtual Assistant (VA).  Dari rasa ragu hingga menemukan kenyamanan dalam pekerjaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, Rifka membagikan perjalanan inspiratifnya tentang bagaimana ia berani melangkah ke dunia digital. Ceritanya bisa menjadi motivasi yang kamu butuhkan untuk mengambil langkah pertama! In this article… Awalnya, Rifka Ragu… Rifka memulai perjalanannya dengan banyak keraguan. Setelah 4–5 tahun menjadi ibu rumah tangga dan berjualan baju, mainan anak, serta barang-barang lainnya secara online untuk membantu perekonomian keluarga, Rifka merasa ragu untuk kembali bekerja penuh waktu.  Hidupnya sudah terbiasa dengan jadwal yang fleksibel dan ia tidak yakin bisa kembali ke karier full time. Namun, segalanya berubah ketika ia pertama kali mendengar tentang pekerjaan sebagai VA. Awalnya, menjadi VA menarik perhatiannya, tetapi ia merasa ada banyak hambatan di depan. Salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah kemampuan bahasa Inggrisnya. “Bahasa Inggris selalu menjadi hambatan besar untuk saya. Saya tidak merasa percaya diri,” kenangnya. Namun, semuanya berubah ketika ia mengikuti webinar SGB VA. Saat itu, semuanya mulai terasa lebih jelas.  “Tania berkata, ‘Kamu tidak perlu hebat untuk memulai, tapi kamu perlu memulai untuk menjadi hebat.’ Kata-kata itu benar-benar melekat di hati saya,” ujar Rifka. Itu menjadi dorongan yang ia butuhkan untuk memulai perjalanannya, meskipun ia merasa belum sempurna. Baca Juga: Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager Mengatasi Ketakutan dan Membangun Kepercayaan Diri Seperti yang Rifka ceritakan sebelumnya, ketakutan terbesarnya ialah kemampuan bahasa Inggrisnya. Namun, setelah mengikuti webinar gratis SGB VA, ia terkejut mendapati bahwa ia bisa memahami apa yang Tania sampaikan dengan baik.  “Ternyata, bahasa Inggris saya sudah cukup untuk memulai,” ujarnya. Rifka menyadari bahwa selama ini, ia terlalu takut pada ketidakmampuan untuk lancar berbahasa Inggris, padahal dengan latihan dan belajar secara bertahap, ia bisa terus berkembang.  “Begitu kamu mulai, kamu akan belajar seiring berjalannya waktu. Sebagian besar hambatan hanya ada di kepala kita, dan ketika kita melangkah, semuanya mulai terasa lebih mudah,” tambahnya. Hal lain yang harus ia atasi adalah keyakinan bahwa ia memerlukan latar belakang pendidikan tertentu untuk menjadi VA. Namun, dalam webinar SGB VA, ia mengetahui bahwa gelar akademik tertentu bukanlah syarat utama.  “Selama kamu mau belajar dan mengembangkan keterampilan, itu sudah cukup,” katanya. Ini menjadi kelegaan besar bagi Rifka. Ia menyadari bahwa siapa pun yang memiliki tekad dan kemauan bisa menjadi VA yang sukses. Memulai di Waktu yang Tepat Momen penting dalam proses pengambilan keputusan Rifka adalah saat ia menyadari bahwa dunia digital berkembang dengan cepat. Waktu itu terasa seperti kesempatan emas untuk bertindak. Ia khawatir jika terus menunda, akan semakin sulit untuk melangkah. “Kalau saya terus menunda, dunia akan semakin cepat bergerak, dan saya akan tertinggal,” ujarnya. Ketika memikirkan dunia VA, Rifka melihatnya sebagai bidang yang berkembang pesat dan dapat menawarkan masa depan yang stabil. “Industri ini tumbuh dengan cepat. Kalau saya tidak melangkah sekarang, saya akan melewatkan peluang ini,” tambahnya. Memilih Fokus pada Manajemen Media Sosial Awalnya, Rifka berpikir untuk memulai sebagai VA yang mengerjakan tugas administratif karena terlihat sebagai pintu masuk yang paling mudah.  Rifka pun mengikuti kursus SGB VA untuk memperdalam kemampuannya. Meskipun banyak berita mengenai SGB VA penipuan, namun Rifka tetap yakin untuk mencoba. Setelah mengikuti kursus, Rifka merasa bahwa hal tersebut adalah investasi terbaik yang pernah dia lakukan. Tak hanya belajar dasar-dasar menjadi VA, ia jadi menemukan bidang yang lebih diminati dan memiliki permintaan tinggi: Manajemen Media Sosial (SMM). “Kenapa SMM? Karena permintaannya tinggi. Hampir setiap bisnis online membutuhkan keberadaan di media sosial,” ungkapnya. Rifka merasa lebih nyaman dengan media sosial karena sebelumnya sudah sering menggunakan platform seperti Instagram.  Ia memiliki pemahaman dasar tentang pola dan strategi di dalamnya. “Saya sudah tahu cara membuat postingan menarik, menulis caption, dan mengedit video. Rasanya ini sangat cocok untuk saya,” katanya dengan penuh semangat. Pilihan Rifka untuk fokus pada SMM ternyata sangat tepat. Dunia bisnis online sangat bergantung pada media sosial untuk membangun merek dan menjangkau pelanggan. Rifka yakin bahwa ia bisa memberikan kontribusi berharga di bidang ini. Baca Juga: Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Klien Pertama Rifka Klien pertama Rifka bukanlah seseorang dari negara yang jauh, melainkan teman satu universitas yang masih ia jaga komunikasinya. Hal ini menjadi dorongan kepercayaan diri yang besar bagi Rifka. Namun, perjalanan Rifka tidak selalu mulus. Kesempatan berikutnya datang dari calon klien di Inggris, tetapi tidak berjalan semudah yang ia harapkan. “Saya merasa terlalu sering mengganggu mereka dengan pertanyaan tentang pembayaran dan kontrak. Saya khawatir terlihat terlalu memaksa,” akunya. Namun, Rifka menyadari bahwa ia perlu mengubah pola pikirnya. Alih-alih fokus pada aspek bisnis terlebih dahulu, ia memutuskan untuk mendekati klien dengan tujuan membantu.  “Saya berpikir, ‘Saya di sini untuk membantu. Tujuan saya adalah menyelesaikan masalah mereka, bukan hanya mendapatkan kesepakatan.’” Pendekatan ini membantunya membangun hubungan baik dan kepercayaan dengan klien. Mengatasi Keraguan dan Memberanikan Diri Bagi Rifka, keraguan selalu menjadi teman sepanjang perjalanan. Namun, ia belajar untuk melihat keraguan sebagai tanda bahwa ia harus melangkah maju. Ia juga menyarankan untuk menuliskan ketakutanmu agar lebih mudah memahami apa yang sebenarnya menghentikanmu. Rifka mengakui bahwa saat pertama kali memulai, ia merasa belum sepenuhnya siap, tetapi ia tetap memutuskan untuk melangkah.  “Saya tidak percaya ada yang benar-benar siap. Tapi begitu kamu memulai, kamu akan belajar dan berkembang,” ujarnya. Baca Juga: Cerita Laila: Resign dari Kerja Kantoran dan Jadi VA dengan 5 Klien Tips for Anyone Still Hesitant to Start Rifka’s best advice for anyone still unsure about making the leap into becoming a VA is simple: “Just start.” When you begin, you’ll figure out what you like and what you’re good at. Rifka herself started with administrative tasks but eventually found her passion in Social Media Management. “You have to try things out. That’s how you find your strengths and interests,” she said. She also emphasizes that becoming a VA isn’t just about

Silfia Sang ‘Supermom’: Sukses Jadi VA Sekaligus Ibu Anak Berkebutuhan Khusus

Silfia (Batch 19)

Silfia Sang ‘Supermom’: Sukses Jadi VA Sekaligus Ibu Anak Berkebutuhan Khusus Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 10, 2025 Alumni Stories Di tengah dunia kerja yang serba cepat dan tuntutan sebagai seorang ibu, mencari keseimbangan hidup menjadi tantangan tersendiri. Setiap orang memiliki cara dan perjalanan unik untuk mencapainya. Silfia adalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa untuk meraih keseimbangan, seringkali diperlukan keputusan besar yang penuh risiko. Perjalanan Silfia tidaklah mudah. Namun, dengan tekad yang kuat, ia mengambil langkah berani untuk keluar dari zona nyaman. Kini, ia menikmati karier yang memberi fleksibilitas waktu—sebuah pilihan yang sangat penting demi kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Inilah kisah Silfia—seorang ibu, seorang profesional, dan seorang perempuan yang menemukan kekuatan untuk meraih impian tanpa harus mengorbankan keluarga. Ini bukan sekadar tentang bekerja dari rumah; ini tentang bagaimana Silfia menemukan cara baru untuk sukses, sambil tetap menjadi ibu yang hadir bagi anak-anaknya. Keputusan yang Mengubah Segalanya Tidak mudah bagi Silfia untuk meninggalkan dunia yang sudah ia kenal baik. Ia adalah lulusan S1 Sistem Informasi dengan pengalaman kerja sebagai Software Engineer dan IT Project Manager. Dengan latar belakang ini, Silfia sudah sangat familiar dengan dunia teknologi. Proyek-proyek besar, rapat strategis, dan adrenalin bekerja dalam tekanan telah menjadi bagian dari rutinitasnya. Setelah menikah, ia mengundurkan diri dan fokus mengurus keluarganya. Silfia memiliki seorang anak yang mengidap Autism Spectrum Disorder. Hal ini membuatnya bimbang. Di satu sisi, ia sangat ingin bekerja untuk mendukung finansial keluarga. Di sisi lain, ia menyadari bahwa anak-anaknya membutuhkan kehadirannya lebih dari apapun. “Sebagai ibu, aku sering merasa terjebak di antara dua pilihan—melanjutkan karier atau fokus pada keluarga. Tapi aku tahu, jika aku ingin hadir sepenuhnya untuk mereka, aku harus mencari jalan tengah,” ujarnya dengan penuh kehangatan. Jalan tengah itu ia temukan di dunia remote working, khususnya sebagai Virtual Assistant (VA). Baca Juga: Kisah Ebi: Perawat 8+ Tahun yang Banting Setir Jadi VA Social Media Manager Sempat Ragu SGB VA Penipuan Perjalanan Silfia menuju profesi VA dimulai ketika ia bergabung dengan SGB VA Course. Sebelumnya, ia sempat ragu dan berpikir, “Apakah SGB VA penipuan?” Hal itu mengingat profesi ini jauh dari bidang teknologi yang selama ini ia tekuni. Namun, ia percaya bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia. “SGB VA benar-benar membuka mata aku. Dari tugas-tugas yang diberikan, aku langsung tahu apa yang klien butuhkan. Ini bukan sekadar teori, tapi pengalaman langsung,” kata Silfia, mengenang awal perjalanannya. Selama pelatihan, ia belajar berbagai keterampilan baru, mulai dari mengelola media sosial, email marketing, hingga pengelolaan proyek menggunakan tools seperti Asana dan Trello.  Namun, walaupun ia merasa cukup percaya diri dengan latar belakang teknologinya, Silfia merasa ada tantangan lain yang harus ia hadapi. Tantangan Terberat: Tidak Bisa Bahasa Inggris Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Silfia ketika memulai karier sebagai VA adalah kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Meskipun pernah bekerja di bidang teknologi yang menuntut penggunaan istilah-istilah teknis, ia merasa kemampuan komunikasinya dalam bahasa Inggris masih kurang. “Aku tahu ini adalah kelemahanku. Awalnya, aku takut klien luar negeri tidak akan memahami aku atau aku salah bicara dan mereka jadi kehilangan kepercayaan,” cerita Silfia. Namun, alih-alih menyerah pada rasa takut, Silfia melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ia mulai mencari cara agar tetap bisa memberikan layanan terbaik, meskipun kemampuan bahasa Inggrisnya belum sempurna. Silfia mulai dengan memanfaatkan teknologi. Tools seperti Google Translate menjadi sahabatnya dalam membantu menyusun email atau pesan kepada klien. Selain itu, ia juga sering menggunakan aplikasi subtitle otomatis saat mengikuti pertemuan daring untuk memastikan ia tidak melewatkan detail penting. “Yang aku pelajari, klien sebenarnya tidak mencari kesempurnaan. Mereka lebih menghargai usaha kita untuk berkomunikasi dengan jelas dan profesional,” ungkapnya. Selain teknologi, Silfia juga belajar dari komunitasnya. Ia sering meminta masukan dari teman-teman sesama alumni SGB VA untuk memperbaiki cara komunikasinya. Bahkan, ia tidak ragu meminta bantuan kepada rekan tim yang lebih mahir berbahasa Inggris saat berkolaborasi dengan klien. “Kalau kita mau jujur dan terbuka, banyak orang yang mau membantu. Aku pernah bilang ke klien bahwa aku masih belajar, dan mereka justru memberikan feedback yang membangun,” kenangnya. Dari pengalaman ini, Silfia ingin menyampaikan pesan kepada siapa pun yang merasa tidak cukup percaya diri dengan kemampuan bahasa Inggris mereka: jangan takut untuk mencoba. Ia adalah bukti bahwa kamu tidak perlu sempurna untuk memulai. Silfia tahu betul bagaimana rasanya meragukan diri sendiri. Ia pernah merasa takut, tidak yakin dengan kemampuannya, bahkan bertanya-tanya apakah ia cukup baik untuk bersaing di dunia kerja. Tapi ia memilih untuk fokus pada apa yang bisa ia lakukan, bukan pada apa yang ia pikir tidak mampu ia capai. “Kita sering berpikir kemampuan kita biasa saja, padahal banyak klien yang membutuhkan hal-hal sederhana seperti mengatur jadwal atau merapikan email. Jadi, jangan pernah meremehkan apa yang sudah kita miliki,” katanya tegas. Baca Juga: Kisah Sukses Ardin Kerja Jadi Virtual Assistant dari Rumah: Dapat 9 Klien dan Bergaji Dolar Menyeimbangkan Karier dan Keluarga Kini, Silfia menjalani rutinitas sebagai VA dengan jadwal kerja sekitar 5–7 jam sehari. Tugasnya meliputi mengatur jadwal klien, merapikan email, hingga membantu strategi media sosial. Tapi bukan itu yang membuat profesi ini istimewa baginya. “Yang membuat aku bersyukur adalah fleksibilitasnya. Aku bisa mulai bekerja setelah anak-anak berangkat sekolah dan menyelesaikan semuanya sebelum mereka pulang,” jelasnya. Namun, tentu ada hari-hari yang menantang. Seperti saat ia harus menemani anaknya terapi sambil menyelesaikan deadline klien. Atau ketika email yang harus dikirim tertunda karena anak-anak butuh perhatiannya. “Manajemen waktu itu segalanya. Aku belajar bahwa menjadi produktif bukan berarti bekerja lebih lama, tapi lebih pintar,” ujarnya bijak. Tips untuk Para Ibu yang Ingin Memulai Karier Remote Silfia juga ingin berbagi beberapa tips yang bisa membantu para ibu yang ingin memulai karier remote, khususnya sebagai VA. Tetapkan Jadwal yang Fleksibel namun Konsisten: Misalnya, jam kerja kita 4 jam sehari, pagi dan siang. Kalau perlu diubah, komunikasi ke klien dengan jelas. Manfaatkan Teknologi untuk Mempermudah Pekerjaan: Misalnya, dengan memanfaatkan Google Translate untuk memahami permintaan klien. Jangan Takut Meminta Bantuan: Dukungan dari teman, mentor, atau komunitas sangat penting untuk membangun rasa percaya diri dalam berkarier sebagai VA. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas: Bagi Silfia, kualitas pekerjaan adalah yang utama. “Daripada mengejar

5 Contoh CV Bahasa Inggris untuk Virtual Assistant Berbagai Posisi di 2025

5 Contoh CV Bahasa Inggris untuk Virtual Assistant Berbagai Posisi di 2025 Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 3, 2025 Alumni Stories Menjadi seorang Virtual Assistant (VA) adalah salah satu pilihan karier yang semakin populer di era digital ini. Dengan fleksibilitas waktu dan peluang bekerja dengan klien dari berbagai belahan dunia, profesi ini menawarkan banyak keuntungan.  Namun, untuk bisa bersaing di pasar global, kamu perlu mempersiapkan salah satu senjata utama: CV dalam bahasa Inggris yang profesional dan menarik. Artikel ini akan membahas pentingnya CV berbahasa Inggris, tips untuk menyusunnya, serta memberikan 5 contoh CV bahasa Inggris yang bisa kamu jadikan referensi sesuai dengan berbagai bidang spesialisasi VA. Daftar Isi Kenapa Virtual Assistant (VA) Perlu Punya CV dalam Bahasa Inggris? Di era kerja remote yang semakin berkembang dan melibatkan klien dari berbagai negara, memiliki CV dalam bahasa Inggris menjadi sangat penting bagi seorang VA. Pasalnya, banyak klien yang berasal dari negara-negara dengan bahasa utama Inggris. Dengan CV yang disusun dengan baik, peluang untuk mendapatkan klien atau proyek impian pun akan semakin besar. Selain itu, contoh CV bahasa Inggris juga mencerminkan profesionalisme, kemampuan komunikasi yang solid dan kesiapan untuk bekerja dalam lingkungan kerja global. Tips Penting Saat Menulis CV Bahasa Inggris Contoh CV bahasa Inggris tidak bisa dibuat secara sembarangan. Sama seperti membuat CV dalam bahasa Indonesia, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan: Struktur yang Jelas dan Mudah Dipahami: Susun CV kamu dengan bagian-bagian utama seperti ringkasan profil, pengalaman kerja, keterampilan, pendidikan, dan kontak. Gunakan Bahasa yang Profesional: Hindari bahasa gaul atau informal yang bisa membuat CV terkesan kurang serius. Tampilkan Keterampilan yang Paling Relevan: Fokus pada keterampilan yang sesuai dengan posisi yang kamu lamar. Gunakan Data yang Terukur: Misalnya, dibanding menulis “Managed social media accounts,” lebih baik tulis “Increased engagement by 50%.” Periksa Tata Bahasa dan Ejaan: Kesalahan kecil bisa membuat kesan profesional jadi berkurang. Jadi, pastikan semuanya rapi dan bebas typo. Baca Juga: Apa itu Klien Virtual Assistant dan Strategi Mendapatkannya di 2025! 1. Contoh CV Bahasa Inggris untuk Admin Services VA Untuk VA dengan spesialisiasi layanan admin, kamu bisa fokus pada efisiensi dan organisasi. Dalam contoh CV bahasa Inggris, tunjukkan bagaimana kamu dapat mengelola banyak tugas administratif sekaligus dengan cara yang efisien.  Sebutkan pengelolaan waktu, akurasi dalam pengelolaan data, dan kemampuan untuk mengatur jadwal serta komunikasi. Misalnya, sebutkan bagaimana kamu berhasil mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu atau meningkatkan efisiensi operasional tim. Berikut contoh CV bahasa Inggris untuk bidang VA ini: Emily Carter Admin Virtual Assistant Contact Information: Phone: +1 123-456-7890 Email: [email protected] LinkedIn: linkedin.com/in/emilycarter Professional Summary:Highly organized and proactive Virtual Assistant with over 4 years of experience in administrative services, including calendar management, email correspondence, and scheduling. Successfully managed administrative workflows for remote teams, increasing overall efficiency by 30%. Professional Experience:Administrative Virtual Assistant | Remote Solutions Inc.January 2021 – Present Managed daily calendars for 3 senior executives, ensuring zero scheduling conflicts. Handled over 200 emails per week, maintaining a 95% response rate within 24 hours. Implemented a new scheduling system that reduced meeting overlaps by 25%. Administrative Assistant Intern | BrightTech Corp.June 2019 – December 2020 Organized team meetings and documented minutes, improving team follow-up efficiency by 40%. Assisted in preparing weekly reports and presentations for executive reviews. Education:Bachelor of Business Administration (BBA)University of Texas at Austin Relevant coursework: Organizational Management, Business Communication, Project Coordination. Skills: Email Management Calendar and Scheduling Tools (Google Calendar, Outlook) Task Management Software (Asana, Trello) Document Preparation Communication and Reporting Baca Juga: 9+ Lowongan Kerja Part Time di Rumah sebagai Virtual Assistant di 2025 2. Contoh CV Project Management VA dalam Bahasa Inggris Untuk VA dengan spesialisiasi project management, kamu bisa fokus pada koordinasi, pengelolaan waktu, dan kepemimpinan. Dalam contoh CV bahasa Inggris, tunjukkan bagaimana kamu bisa mengelola proyek dari awal hingga akhir, mengkoordinasikan tim, dan memastikan bahwa semua tenggat waktu dan anggaran terpenuhi.  Misalnya, sebutkan berapa banyak proyek yang berhasil kamu selesaikan tepat waktu atau dengan hasil yang melebihi ekspektasi. Kamu bisa cek contoh CV bahasa Inggris untuk Project Management VA di bawah. Jane DoeVirtual Assistant – Project ManagementContact Information:Phone: +1 555-555-5555Email: [email protected]: linkedin.com/in/janedoe Summary:Proactive and detail-oriented Virtual Assistant with 5+ years of experience supporting project management teams. Expertise in coordinating project timelines, managing stakeholder communications, and optimizing workflows. Demonstrated success in improving project efficiency and meeting deadlines. Skilled in task management tools, data organization, and team collaboration. Professional Experience Virtual Assistant – Project ManagementABC Tech Solutions | January 2021 – Present Supported project managers with coordinating tasks, monitoring timelines, and ensuring deadlines were consistently met across multiple projects Streamlined project documentation process, improving project tracking and reducing administrative workload by 35% Facilitated communication between project stakeholders, ensuring prompt responses and accurate information flow Coordinated schedules and resources for over 15 concurrent projects, achieving a 98% on-time delivery rate Utilized project management tools (Asana, Trello, Jira) to create task lists, assign deadlines, and track project progress Virtual AssistantXYZ Enterprises | June 2019 – December 2020 Provided remote administrative support to project teams, including data entry, scheduling, and meeting coordination Assisted in the creation and updating of project plans, ensuring alignment with client expectations and internal objectives Managed over 50 client communications weekly, contributing to a 20% improvement in client satisfaction scores Conducted research and prepared reports for project managers, leading to a 15% increase in project resource allocation efficiency EducationBachelor of Science in Business Administration, University of California, BerkeleyGraduated: May 2019Coursework: Project Management, Communication Strategies, Business Analytics, Operations Management Skills Project Management Tools: Asana, Trello, Jira, Monday.com Administrative Support: Email management, calendar scheduling, meeting coordination Communication: Excellent written and verbal communication skills Time Management: Ability to prioritize tasks and manage multiple projects simultaneously Team Collaboration: Slack, Microsoft Teams Data Entry & Reporting: Microsoft Excel, Google Sheets Customer Relationship Management: Salesforce Certifications Certified Virtual Assistant (CVA), Virtual Assistant Academy | 2021 Project Management Professional (PMP) Preparation Course, Udemy | 2022 Baca Juga: 7 Website Lowongan Kerja Luar Negeri untuk Virtual Assistant Pemula 2025 3. Referensi CV Bahasa Inggris Email Marketing VA Untuk VA dengan spesialisiasi email

Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar

Intan's story

Kisah Intan Hidupkan Kembali Impiannya: Dari Ibu Rumah Tangga, Kini Jadi VA Bergaji Dolar Athika Rahma SEO Specialist Virtual Assistant at SGBVA January 2, 2025 Alumni Stories Setiap orang punya mimpi, tapi tidak semua orang punya keberanian untuk mengejarnya. Intan Munawwaroh adalah salah satu dari mereka yang berani melangkah keluar dari zona nyaman dan menemukan versi terbaik dari dirinya. Seorang ibu, istri, dan kini seorang virtual assistant (VA) yang sukses dengan klien dari berbagai penjuru dunia. Perjalanannya bukan sekadar tentang mencari penghasilan tambahan, tapi tentang menemukan kembali semangat dan tujuan hidup di tengah rutinitas yang padat. Dari keseharian di balik meja toko kecil dan kesibukan mengurus keluarga, hingga akhirnya bisa bekerja remote—kisah Intan mengajarkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang penuh tekad. Lalu, bagaimana semuanya dimulai? Mari kita selami lebih dalam cerita inspiratifnya! Daftar Isi Berawal dari Keinginan untuk Berkembang Sebelum menjadi VA, Intan menjalani kehidupan yang ia gambarkan sebagai kehidupan “biasa” sebagai ibu rumah tangga dan pemilik warung. Hari-harinya dihabiskan dengan mengurus keluarga, menjaga warung, dan memastikan kebutuhan rumah tangganya terpenuhi. “Hidup saya sederhana. Hanya ada suami, anak-anak, dan pelanggan warung,” ceritanya.  Meskipun Intan bersyukur dengan kehidupannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang.  “Bukan berarti saya tidak bersyukur, tapi di dalam hati, saya merasa bisa melakukan lebih. Saya ingin merasa lebih ‘hidup’, melakukan sesuatu produktif dan bermakna, di luar peran sebagai ibu dan pemilik warung,” tambahnya. Seperti banyak ibu lainnya, Intan merasa terjebak di antara kebahagiaan merawat keluarga dan keinginan untuk mengejar ambisi pribadinya. Namun, ia tidak tahu harus mulai dari mana, terutama dengan waktu yang terbatas dan tanpa pengalaman di dunia digital. Bagaimana Intan Menemukan Program SGB VA Momen titik balik Intan datang dari seorang teman yang juga alumni kursus SGB VA. Temannya melihat potensi Intan dan menyarankan Intan mengambil kursus tersebut.  “Jadi ada teman, yang juga alumni SGB VA, menghubungkan saya dengan klien pertama dari Singapura. Dari situlah semuanya dimulai,” kenangnya dengan antusias. Bagi seseorang yang bahkan jarang aktif di media sosial, memasuki dunia virtual assistant terasa menakutkan bagi Intan.  “Saya bahkan tidak terlalu paham media sosial, apalagi berpikir akan mengelolanya untuk klien,” akunya. Namun, ia melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar keterampilan baru dan memulai sesuatu yang baru. Kursus SGB VA menjadi batu loncatan yang sempurna bagi Intan. Kurikulum yang terstruktur, pelajaran praktis, dan sistem dukungan memberinya fondasi yang dibutuhkan untuk menjelajahi dunia VA. Program ini tidak hanya memperkenalkannya pada berbagai ilmu penting sebagai VA, tetapi juga meningkatkan rasa percaya dirinya. “Melalui kursus SGB VA, saya belajar segalanya—dari cara mengelola konten hingga menggunakan alat kolaborasi seperti Google Workspace,” jelasnya.  Intan juga sangat berterima kasih atas komunitas dan para mentor yang terus memotivasinya selama kursus. “Mentor di sana luar biasa. Mereka mengingatkan tentang pelajaran, tenggat waktu, dan selalu memastikan saya tetap berada di jalur yang benar,” tambahnya. Memulai Karier VA yang Sukses Setelah menyelesaikan kursus SGB VA, Intan memulai bisnis VA-nya sendiri dan menawarkan layanan sebagai Social Media Manager. Ia membangun bisnisnya dari nol, menangani semuanya sendiri—dari perencanaan konten, pembuatan desain, penulisan teks, hingga penjadwalan postingan. “Awalnya, saya melakukan semuanya secara manual. Tapi dengan tools yang saya pelajari dari kursus, seperti fitur penjadwalan media sosial, segalanya menjadi lebih teratur,” jelas Intan.  Intan adalah orang yang sangat detail dan terorganisir, dan hal ini membantunya jadi VA dengan karakter yang menarik bagi klien. Proyek besar pertamanya datang ketika ia terhubung dengan klien dari Singapura, berkat rekomendasi dari temannya. Dari sana, jejaringnya semakin luas. Ia bahkan terhubung dengan teman yang tinggal di Qatar, yang semakin memperluas jangkauannya sebagai pekerja remote dengan penghasilan dolar. Intan mengakui bahwa menjadi VA bukan tanpa tantangan, namun ia sangat menghargai fleksibilitas yang ditawarkan. “Pekerjaan apa lagi yang memungkinkan kamu bekerja sambil mengurus anak, menjaga toko, atau bahkan bersantai di rumah?” katanya. Kemampuan untuk menyeimbangkan tanggung jawab di rumah dengan karier profesional menjadi salah satu hadiah terbesar dari perjalanan VA-nya. Saat ini, Intan menangani klien dari berbagai belahan dunia dan mendapatkan penghasilan yang setara dengan pekerjaannya dulu di Jakarta—tanpa harus menghadapi stres akibat macet atau jam kerja yang kaku.  “Saya bisa meeting sambil mengenakan baju tidur, kalau saya mau,” ujarnya sambil bercanda. Bagi Intan, perjalanan ini bukan hanya tentang menghasilkan uang. Ini tentang kepuasan pribadi.  “Saya tidak menjadi VA hanya untuk penghasilan. Saya ingin melakukan sesuatu yang bermakna, membantu orang lain, dan berkontribusi pada dunia,” katanya. Siap Mengikuti Jejak Intan? Kalau kamu berada di posisi yang sama seperti Intan, mungkin, itu adalah tanda untuk memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah kamu coba sebelumnya! Jika kamu tertarik memulai karier sebagai VA dan butuh dukungan penuh, kamu bisa mempertimbangkan untuk ikut kursus SGB VA! Di SGB VA, kamu akan dibimbing mempersiapkan diri, membangun keterampilan dan meningkatkan rasa percaya diri untuk memulai karier sebagai VA dengan kurikulum yang terstruktur.  Kamu juga akan mendapat dukungan berkelanjutan sampai kamu mendapatkan klien pertama sebagai VA. Di akhir kursus, kamu akan mendapatkan sertifikat dan akses ke grup Telegram eksklusif untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga kamu tidak akan merasa sendirian dalam perjalanan ini. Penasaran ingin tahu lebih banyak? Kamu bisa mulai dengan bergabung di webinar gratis SGB VA bersama Tania Gromenko. Tania akan menjelaskan cara memulai karier sebagai VA dan bagaimana kami dapat membantu kamu mencapai tujuanmu. Klik tautan di bawah untuk mendaftar, ya! Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang! Gabung Free Webinar Pelajari Program Berbayar

© 2024 All rights reserved   |   Gromenko & Partners Pte.Ltd.

5 Steps To Doing What You Love Remotely By Being A Virtual Assistant

By clicking the button, you agree to subscribe to SGBVA’s webinar content and newsletters.

5 Steps To Doing What You Love Remotely By Being A Virtual Assistant

By clicking the button, you agree to subscribe to SGBVA’s webinar content and newsletters.