Work Life Balance Adalah: Definisi dan Cara Mencapainya
Oni Lestari
Virtual assistant, copywriter, SEO-expert
Saat kita mencoba mendefinisikan work life balance, kebanyakan orang mungkin akan menggambarkannya sebagai pekerjaan dengan beban kerja yang ringan, gaji besar, dan tanpa lembur. Impian semua orang, kan?
Tapi kenyataannya, banyak yang merasa kalau mencapai work life balance adalah sesuatu yang mustahil, apalagi kalau kerjanya remote. Biasanya, karena budaya kerja yang berpikir bahwa “karyawan yang baik itu selalu lembur” atau “karyawan yang baik harus selalu siap sedia, bahkan saat liburan.”
Padahal, sebenarnya kamu bisa, kok, punya keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan. Untuk membantu kamu, SGB VA sudah siapkan panduan yang bisa kamu baca hingga tuntas!
Daftar Isi
Sejarah Work Life Balance
Untuk memahami konsep ini lebih baik, penting buat tahu asal-usulnya. Konsep work life balance adalah gagasan yang pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1980-an, sebagai bagian dari gerakan Women’s Liberation Movement.
Gerakan ini memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan work life balance di perusahaan, seperti jam kerja fleksibel untuk mengurus anak dan cuti melahirkan.
Saat itu, perempuan diharapkan bisa bekerja sekaligus mengurus rumah dan keluarga. Mereka bertanggung jawab atas semua urusan rumah tangga seperti memasak, bersih-bersih, menjaga anak, dan banyak hal lainnya.
Hal ini membuat perempuan merasa kewalahan karena harus membagi perhatian antara karir dan keluarga. Dari sinilah muncul gagasan bahwa work life balance adalah sesuatu yang penting untuk kesejahteraan.
Baca Juga: 4 Tips dan Contoh Manajemen Waktu Remote Working yang Efektif
Work Life Balance di Era Modern
Sayangnya, tidak banyak yang berubah. Harapan agar perempuan bisa bekerja sekaligus mengurus rumah tangga masih cukup mirip dengan apa yang kita lihat sekarang. Bahkan, dengan perkembangan teknologi, masalah ini kini jadi tantangan untuk semua orang, bukan hanya perempuan.
Teknologi Mengubah Cara Kita Bekerja
Teknologi memberikan fleksibilitas dan konektivitas yang luar biasa dalam membantu kita bekerja. Kerja remote jadi sangat mungkin dilakukan berkat kecanggihan teknologi. Tapi, hal ini juga membuat batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi jadi kabur.
Dengan adanya smartphone, email, dan alat kerja jarak jauh, banyak pekerja diharapkan selalu siap menerima tugas kapan pun, bahkan di luar jam kerja. Ini menciptakan budaya “selalu aktif.” Karena itulah, work life balance adalah hal yang perlu diperjuangkan di era modern.
Di pasar kerja yang kompetitif, banyak orang takut untuk mengambil cuti atau menolak pekerjaan tambahan lantaran takut dianggap tidak peduli dengan pekerjaan. Akibatnya, mereka lebih mendahulukan pekerjaan dibanding kehidupan pribadi.
Generasi Masa Kini dan Work-Life Balance
Generasi milenial lebih fokus pada gaya hidup dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung memilih pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka dan ingin menikmati pekerjaan karena menganggap pekerjaan adalah bagian dari hidup, bukan sesuatu yang terpisah. Bagi generasi ini, work life balance adalah sesuatu yang tidak begitu familiar.
Sementara itu, Gen Z, yang baru memulai karir, bahkan lebih mengutamakan pekerjaan yang bermakna. Studi dari Dynamic Signal menunjukkan bahwa mereka menghargai komunitas di tempat kerja.
Saat memilih pekerjaan, mereka lebih peduli pada keseimbangan hidup, kebahagiaan, daripada sekadar gaji besar atau reputasi perusahaan. Mereka percaya bahwa work life balance adalah bagian dari hidup yang sehat dan bahagia.
Baca Juga: Apa itu Percaya Diri dan Bagaimana Cara Membangunnya dengan Cepat?
Apakah Work Life Balance Mustahil Dilakukan?
Beberapa dari kamu mungkin merasa work life balance adalah sesuatu yang penting, tapi tidak apa-apa juga kalau kamu merasa hal itu mustahil dilakukan. Bisa jadi karena atasan yang memaksa, lingkungan kerja yang tidak kondusif, dan lainnya.
Tapi, kalau kamu percaya work life balance itu tidak mungkin, kamu bisa jadi seorang yang workaholic alias “gemar” bekerja. Risikonya, kamu bisa merasa kewalahan karena pekerjaan yang ditangani semakin banyak.
Padahal, keyakinan dan cara pandang kita soal work-life balance memengaruhi cara kita mengatur waktu dan kesempatan yang kita punya. Orang yang punya work life balance cenderung lebih produktif dari mereka yang overwork, loh.
Yang terpenting bukan soal work life balance itu nyata atau tidak, tapi punya gambaran yang jelas tentang hidup seperti apa yang kamu inginkan.
Cara Menetapkan Batasan
Sekarang, setelah memahami apa itu work life balance dan kenapa hal itu penting, yuk, bahas cara mencapainya. Salah satu caranya adalah dengan menetapkan batasan yang jelas. Karena, work life balance adalah tentang bagaimana kamu menghargai waktu untuk dirimu sendiri.
Apa Itu Batasan?
Batasan adalah aturan atau pedoman yang kamu tetapkan untuk dirimu sendiri guna menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kebutuhan emosional.
Tanpa batasan, pekerjaan bisa terus meluas karena tidak ada waktu berhenti. Memahami bahwa work life balance adalah jadi hal penting dan merupakan kunci utama kamu bisa membuat batasan yang tegas antar pekerjaan dan keperluan pribadi.
Kalau perhatianmu terbagi antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, kamu tidak bisa sepenuhnya fokus pada keduanya. Misalnya, saat makan malam dengan keluarga sambil terus cek ponsel karena khawatir soal pekerjaan. Kelihatannya produktif, tapi sebenarnya kamu tidak benar-benar hadir di keduanya.
Setelah beberapa waktu, rasanya seperti kamu selalu bekerja, tapi pekerjaan tetap tidak selesai. Hal ini bisa membuatmu bingung dan frustasi. Tapi jangan khawatir, kamu bisa mencoba menerapkan batasan dengan cara berikut ini.
Langkah-Langkah Membuat Batasan yang Jelas
- Tentukan Batasanmu Sendiri
Jangan biarkan orang lain menentukan batasanmu. Buat gambaran tentang situasi apa yang masih bisa kamu toleransi dan mana yang tidak. Misalnya:
- Apakah aku mentolerir kerja di luar jam kerja?
- Apakah tidak apa-apa jika aku membatalkan rencana pribadi demi klien yang penting?
- Apakah tidak apa-apa jika aku melewatkan malam malam bersama keluarga karena masih mengerjakan tugas dari atasan?
Tuliskan jawabannya dan jadikan keputusan yang nyata. Komunikasikan dengan atasan, klien, atau tim, dan gunakan alat otomatisasi jika perlu untuk menyederhanakan pekerjaan.
- Lakukan Rutinitas Setelah Kerja
Rutinitas setelah kerja adalah langkah sederhana untuk membantu kamu rileks dan memisahkan pekerjaan dari waktu pribadi. Contohnya, kamu bisa pindah dari ruang kerja ke ruangan lain untuk relaksasi, kalau kamu bekerja dari rumah. Ini jadi salah satu contoh work life balance yang baik.
Baca Juga: [TERBARU] Gaji Virtual Assistant Indonesia 2025: Per Jam, Bulan, Proyek
Jelajahi Peluang Baru
Work life balance adalah sesuatu yang bisa dicapai, selama kamu tahu apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Dan faktanya, work life balance ini justru lebih mungkin dicapai oleh orang-orang yang bekerja secara remote, seperti virtual assistant (VA).
Para VA biasanya mengerjakan pekerjaan per proyek atau per tugas, sehingga mereka bisa mengatur sendiri kapan akan menyelesaikan tugas tersebut. Dengan begitu, mereka bisa mengendalikan waktu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
Kalau kamu merasa stuck dengan pekerjaan saat ini dan ingin mencari pekerjaan dengan work life balance yang baik, kamu bisa memulai karir sebagai VA! Tidak usah bingung, kamu hanya perlu ikut webinar gratis SGB VA bersama Tania Gromenko untuk memulai.
Webinar ini akan membahas cara memulai karir sebagai virtual assistant, bahkan tanpa pengalaman sebelumnya. Kamu juga akan dapat e-book gratis dan akses ke komunitas Telegram eksklusif.
Daftar lewat tautan di bawah sekarang dan mulai perjalananmu menuju work life balance!
Kerja Remote Dibayar Dollar Sebagai VA
Bersama SGB VA mentor, Tania Gromenko, kamu akan mendapatkan tips dan trik menjadi virtual assistant sukses dalam hitungan pekan. Gabung lewat tautan di bawah sekarang!